Ketika suatu barang hanya dirilis dalam jumlah terbatas, keinginan untuk memiliki meningkat tajam. Ditambah dengan media sosial yang menampilkan momen kebahagiaan pemilik barang tersebut, minat pembelian pun semakin besar.
Fenomena ini membuat seseorang rela menghemat belanja kebutuhan sehari-hari demi membeli “kemewahan kecil” yang memberi rasa puas, seperti set LEGO langka, tiket konser artis idola, atau boneka Labubu edisi khusus.
Industri dan Peluang di Balik Tren
Bagi pelaku industri, memahami kombinasi nilai emosional, nostalgia, dan daya tarik digital menjadi kunci untuk menciptakan produk yang diminati.
Produk yang memicu ikatan emosional memiliki peluang besar untuk bertahan, bahkan berkembang, di tengah situasi ekonomi yang sulit.
Tidak hanya sektor hiburan dan koleksi, industri makanan, fashion, hingga pariwisata juga mulai memanfaatkan strategi serupa—menawarkan pengalaman eksklusif dan personal yang membuat konsumen merasa istimewa.
Perspektif Psikologi: Lipstick Effect sebagai Mekanisme Koping
Dari sudut pandang psikologi, lipstick effect dapat dipahami sebagai salah satu bentuk coping mechanism atau strategi bertahan menghadapi stres.
Saat seseorang merasa tertekan secara ekonomi atau emosional, otak cenderung mencari sumber kepuasan instan yang dapat meningkatkan suasana hati.
Membeli barang kecil yang diinginkan memberi efek dopamin, hormon yang terkait dengan rasa senang dan motivasi. Walau dampaknya bersifat sementara, efek ini cukup untuk mengurangi rasa cemas atau lelah mental.
Pada treatonomics, efek ini diperkuat oleh faktor sosial. Barang yang dibeli tidak hanya memberikan kesenangan pribadi, tetapi juga menjadi bagian dari identitas dan interaksi sosial, misalnya saat memamerkan koleksi di media sosial atau bergabung dalam komunitas pecinta barang tersebut.
Dalam batas wajar, perilaku ini dapat membantu menjaga kesehatan mental. Namun, jika tidak dikendalikan, risiko yang muncul adalah perilaku konsumtif berlebihan yang justru membebani keuangan dan memperparah stres.
Baca Juga: Mengenal KB Implan, Pilihan Kontrasepsi Efektif hingga 3 Tahun
Fenomena treatonomics dan lipstick effect menunjukkan bahwa di balik perilaku konsumsi terdapat dorongan emosional yang kuat. Bagi Gen Z, memiliki boneka Labubu edisi terbatas atau tiket konser bukan hanya soal barang, tetapi tentang pengalaman, kebersamaan, dan sedikit kebahagiaan di tengah dunia yang penuh tekanan.
Memahami sisi psikologinya dapat membantu kita mengelola keinginan belanja agar tetap menjadi sumber semangat, bukan sumber masalah.***
Artikel Terkait
Fenomena Gray Work: Beban Tambahan dari Banyak Aplikasi dan Dampaknya pada Kesehatan Mental
Tak Lagi FOMO, 4 Kebiasaan Liburan Gen Z yang Mulai Pudar di Tahun 2025
Literasi Digital Sejak Dini: Cara Efektif Lindungi Anak dari Dampak Negatif Game Online
Ketika Situasi Tidak Kondusif: Cara Bijak Orang Tua Menenangkan Anak di Tengah Kondisi Rusuh
Ketakutan Kehilangan Pekerjaan karena AI: Alarm Bagi Kesehatan Mental Pekerja Indonesia