SURATDOKTER.com - Penyakit Lyme kembali menjadi sorotan setelah sejumlah figur publik mengungkap perjuangan mereka melawan penyakit ini.
Meski lebih banyak ditemukan di negara dengan iklim subtropis, pengetahuan tentang Lyme penting untuk dipahami karena kasusnya terus meningkat di berbagai belahan dunia.
Artikel ini akan membahas apa itu penyakit Lyme, bagaimana gejalanya muncul, serta langkah penanganan yang umum dilakukan.
Baca Juga: Kurus tapi Perut Buncit, Apakah Itu Tanda Cacingan?
Apa Itu Penyakit Lyme?
Penyakit Lyme adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Borrelia burgdorferi dan ditularkan melalui gigitan kutu jenis Ixodes atau yang lebih dikenal sebagai deer tick.
Bakteri ini masuk ke dalam tubuh ketika kutu yang sudah terinfeksi menggigit kulit manusia. Meskipun tidak semua gigitan kutu menyebabkan infeksi, paparan yang tidak ditangani dapat menimbulkan masalah kesehatan serius.
Penyakit ini sering dijuluki sebagai “the great imitator” karena gejalanya mirip dengan banyak penyakit lain. Hal inilah yang membuat diagnosis sering terlambat atau salah arah.
Gejala Utama Penyakit Lyme
Gejala penyakit Lyme berkembang secara bertahap dan dapat berbeda pada tiap orang. Secara umum, ada tiga fase perkembangan gejala:
-
Tahap awal (hari hingga minggu setelah gigitan)
-
Tahap lanjut awal (minggu hingga bulan setelah gigitan)
- Nyeri sendi berpindah-pindah.
- Detak jantung tidak teratur.
- Gangguan saraf seperti mati rasa, kelemahan otot wajah, atau kesemutan.
-
Tahap kronis (bulan hingga tahun setelah gigitan jika tidak diobati)
- Radang sendi kronis, terutama di lutut.
- Gangguan saraf jangka panjang, seperti kesulitan berkonsentrasi, kabut otak (brain fog), atau gangguan memori.
- Kelelahan yang berkepanjangan.
Bagaimana Penyakit Lyme Didiagnosis?
Diagnosis penyakit Lyme tidak selalu mudah karena gejalanya bisa meniru penyakit lain. Dokter biasanya mengandalkan kombinasi pemeriksaan fisik, riwayat gigitan kutu, serta tes darah untuk mendeteksi antibodi terhadap bakteri Borrelia.
Namun, antibodi baru muncul beberapa minggu setelah infeksi, sehingga pemeriksaan ulang kadang diperlukan.
Artikel Terkait
Mengenal Trombocytopenia Syndrom, Efek Samping Vaksin Covid 19 Astrazanecca
Syndrom Hurried Child: Inilah Risiko Anak Usia 3 Tahun Diajarkan Kemampuan Membaca Sejak Kecil
Sudden Infant Death Syndrom: Inilah Risiko Anak yang Nyaman Tidur Tengkurap
Sindrom ACHOO: Begini Penjelasan Mengapa Orang Bisa Bersin Saat Melihat Matahari
11 Bayi di Eropa Terkena Sindrom Manusia Serigala Atau Disebut Juga Hipertrikosis