SURATDOKTER.com - Sebagian orang merasa terganggu ketika mendengar suara tertentu, tetapi pada beberapa individu, reaksi itu muncul jauh lebih intens hingga memengaruhi kehidupan sehari-hari.
Kondisi ini dikenal sebagai misophonia, yaitu respons emosional berlebih terhadap suara yang bagi orang lain tidak begitu mengganggu. Misophonia bukan sekadar rasa tidak suka, tetapi reaksi spontan yang muncul tanpa dikendalikan, seperti kemarahan, panik, dan tekanan emosional.
Baca Juga: Cotard Syndrome: Kondisi Neuropsikiatri yang Membuat Penderita Merasa Telah Meninggal
Apa Itu Misophonia?
Misophonia merupakan kondisi ketika otak merespons suara tertentu—yang disebut trigger sound—seolah-olah suara tersebut ancaman. Respon yang muncul dapat berupa ketegangan otot, peningkatan detak jantung, hingga dorongan untuk menjauh dari sumber suara. Suara yang memicu reaksi biasanya bersifat repetitif dan berfrekuensi rendah.
Contoh suara yang sering menjadi pemicu:
- bunyi mengetuk
- suara mengunyah
- suara napas
- klik pena
- suara mengetik
- gesekan kain
Suara pemicu berbeda pada tiap orang, tetapi pola reaksi emosinya relatif sama: tegang, marah, cemas, atau ingin langsung menghentikan suara tersebut.
Gejala Misophonia
Orang dengan misophonia biasanya menunjukkan beberapa tanda berikut:
1. Emosi meningkat tiba-tiba
Muncul rasa jengkel, kesal, cemas, atau marah saat mendengar suara tertentu, meski suara itu pelan.
2. Reaksi fisik yang tidak terkendali
Beberapa orang merasakan dada sesak, jantung berdebar, rahang mengencang, atau tubuh refleks menegang.
3. Dorongan untuk menghindar
Penderita merasa ingin menjauh dari ruangan atau mematikan sumber suara dengan cepat.
4. Gangguan aktivitas sosial
Interaksi bisa terganggu. Contohnya, tidak nyaman makan bersama orang lain karena suara kunyahan menjadi pemicu.
Baca Juga: Kuru Disease: Gangguan Neurodegeneratif Langka yang Dikenal di Papua Nugini
Penyebab Misophonia
Para peneliti belum menemukan penyebab pasti, namun beberapa teori medis menjelaskan hal berikut:
1. Hiperrespons pada sistem limbik
Bagian otak yang mengatur emosi memberi respons berlebihan terhadap suara tertentu.
Artikel Terkait
Fibrodysplasia Ossificans Progressiva (FOP): Ketika Jaringan Lunak Berubah Menjadi Tulang
Hypertrichosis: Kondisi Pertumbuhan Rambut Berlebihan yang Masih Menjadi Misteri Medis
Kuru Disease: Gangguan Neurodegeneratif Langka yang Dikenal di Papua Nugini
Aquagenic Urticaria: Reaksi Alergi yang Terjadi Saat Kulit Bersentuhan dengan Air
Cotard Syndrome: Kondisi Neuropsikiatri yang Membuat Penderita Merasa Telah Meninggal