• Senin, 22 Desember 2025

Fenomena Ketawa Karier: Humor sebagai Strategi Bangun Tim yang Lebih Solid

Photo Author
- Jumat, 19 September 2025 | 01:27 WIB
Fenomena ketawa karir
Fenomena ketawa karir

SURATDOKTER.com - Tawa di tempat kerja sering dianggap sekadar hiburan ringan. Namun, penelitian psikologi menunjukkan bahwa humor memiliki peran lebih dalam dari sekadar lucu-lucuan.

Di dunia kerja yang penuh tekanan, candaan bisa menjadi “pelumas sosial” yang membantu komunikasi, mencairkan suasana, hingga meningkatkan kepuasan kerja.

Baca Juga: Labubu dan Fenomena Treatonomics, Kemewahan Kecil Pereda Pilu Gen Z di Tengah Krisis Ekonomi

Humor sebagai Alat Redakan Tekanan

Bekerja di bawah tekanan sering membuat karyawan merasa tegang dan cepat lelah secara mental. Di sinilah humor mengambil peran.

Canda ringan dapat meredakan suasana, membuat rapat terasa tidak kaku, dan memberi jeda emosional bagi anggota tim.

Menurut sejumlah penelitian, humor yang sehat mampu menurunkan stres psikologis dengan cara mengalihkan fokus sesaat dari beban kerja.

Rasa lega setelah tertawa memberikan energi baru untuk kembali menghadapi tugas.

Studi harian yang dilakukan dalam periode dua minggu menunjukkan adanya hubungan erat antara humor, emosi positif, dan tingkat kepuasan kerja.

Karyawan yang terlibat dalam interaksi penuh tawa melaporkan perasaan lebih bahagia dengan pekerjaannya. Menariknya, kepuasan kerja di satu hari bisa mendorong individu untuk menggunakan humor lagi di hari berikutnya, sehingga tercipta lingkaran positif.

Dengan kata lain, humor bukan hanya memperbaiki suasana sesaat, tetapi juga memberi kontribusi jangka panjang pada kenyamanan dan keterikatan kerja.

Meski humor memiliki banyak manfaat, penerimaannya tidak selalu sama. Beberapa penelitian menyoroti adanya perbedaan cara orang menilai humor berdasarkan siapa yang melontarkannya.

Baca Juga: Ketika Situasi Tidak Kondusif: Cara Bijak Orang Tua Menenangkan Anak di Tengah Kondisi Rusuh

Misalnya, pria dengan posisi apa pun cenderung mendapat respons positif saat bercanda, sementara perempuan berstatus rendah bisa saja mendapat penilaian negatif jika menggunakan humor yang dianggap terlalu agresif.

Hal ini menunjukkan bahwa konteks sosial, status, dan gender memengaruhi bagaimana humor dipersepsikan. Karena itu, penting bagi karyawan maupun pemimpin untuk bijak memilih gaya humor agar tidak menimbulkan salah paham.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Afida Rafi

Sumber: Kemenkes, American Psychological Association, Promedia

Tags

Artikel Terkait

Terkini

7 Nilai Utama yang Perlu Diajarkan Pada Anak Lelaki

Minggu, 30 November 2025 | 23:31 WIB

7 Nilai Utama yang Perlu Diajarkan pada Anak Perempuan

Minggu, 30 November 2025 | 23:30 WIB

Tips Menghadapi Anak Balita yang Sedang Tantrum

Minggu, 30 November 2025 | 22:51 WIB

Terpopuler

X