SURATDOKTER.com - Banyak orang tua berharap anaknya tumbuh menjadi pribadi yang tenang, sopan, dan bisa mengendalikan diri.
Namun, tidak sedikit yang justru memperlakukan anak dengan kemarahan, bentakan, bahkan kekerasan fisik.
Tanpa disadari, pola asuh seperti ini bukan hanya menciptakan ketakutan sesaat, tapi juga berpotensi membentuk karakter anak yang meledak-ledak, mudah tersinggung, atau bahkan agresif terhadap orang lain.
Pertanyaannya: apakah perilaku orang tua yang pemarah atau sering bertindak kasar benar-benar bisa membentuk kepribadian anak yang keras dan pemarah juga?
Anak Belajar dari Apa yang Mereka Lihat, Bukan Hanya dari Apa yang Diajarkan
Seorang anak kecil belum memiliki sistem nilai sendiri. Mereka mempelajari cara bersikap dengan mengamati lingkungan sekitarnya, terutama dari orang tua atau pengasuh terdekat.
Ketika setiap konflik dalam rumah diselesaikan dengan teriakan atau bentakan, maka anak akan menyimpan pola tersebut sebagai sesuatu yang “normal”.
Jika anak terbiasa melihat kemarahan digunakan untuk mendapatkan kontrol, mereka akan menganggap bahwa marah adalah alat komunikasi yang sah.
Maka tidak heran bila anak seperti ini tumbuh menjadi pribadi yang cepat emosi, mudah tersinggung, dan sulit menoleransi kesalahan orang lain.
Baca Juga: Ini yang Terjadi Pada Jantung Kamu Saat Sedang Marah
Pola Kekerasan Meninggalkan Luka yang Tak Terlihat
Kekerasan dalam rumah tangga — baik fisik maupun verbal — meninggalkan jejak psikologis yang mendalam. Anak yang sering dimarahi, dipukul, atau dipermalukan akan mengalami ketegangan emosional yang terus-menerus.
Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa menciptakan dua kemungkinan ekstrem: anak menjadi penakut dan pasif, atau sebaliknya, menjadi kasar dan sulit dikendalikan.
Artikel Terkait
Memulihkan Luka Tak Kasat Mata: Edukasi Kesehatan Mental Anak Pasca Trauma
Arrasya Wardhana Bachtiar, Putra Sulung Tasya Kamila Hobi Koleksi Kipas Angin: Ini Kata Psikolog
Pentingnya Penanganan Kesehatan Mental di Kampus
Mudah Emosi ke Orang Tua: Psikolog Sebut Karena Ada Luka Lama yang Belum Sembuh
Abu Zayd Al-Balkhi: Pemikir Muslim yang Menyelami Kesehatan Mental Sejak Abad ke-9, Jauh Sebelum Psikologi Modern