- Memberi ruang bicara pada anak, tanpa buru-buru menyalahkan.
- Melatih anak mengenal emosinya sendiri, misalnya dengan jurnal harian atau cerita bergambar.
- Memberi contoh nyata, bagaimana orang dewasa menyelesaikan konflik dengan tenang.
- Mengajarkan teknik menenangkan diri, seperti tarik napas, hitung sampai sepuluh, atau menjauh sebentar saat marah.
- Memberikan tanggung jawab positif, agar anak merasa dihargai dan dianggap mampu.
Baca Juga: Memulihkan Luka Tak Kasat Mata: Edukasi Kesehatan Mental Anak Pasca Trauma
Anak yang hampir remaja tapi masih suka mencubit atau memukul bukan berarti gagal tumbuh. Mereka hanya sedang mencari jalan untuk memahami dirinya sendiri.
Dengan pendampingan yang penuh kesabaran dan komunikasi yang hangat, perilaku kasar ini bisa digantikan dengan cara berekspresi yang lebih sehat.
Dalam setiap cubitan atau pukulan, mungkin tersimpan emosi yang belum sempat dimengerti — dan di situlah peran orang tua menjadi sangat penting.***
Artikel Terkait
Memulihkan Luka Tak Kasat Mata: Edukasi Kesehatan Mental Anak Pasca Trauma
Arrasya Wardhana Bachtiar, Putra Sulung Tasya Kamila Hobi Koleksi Kipas Angin: Ini Kata Psikolog
Pentingnya Penanganan Kesehatan Mental di Kampus
Mudah Emosi ke Orang Tua: Psikolog Sebut Karena Ada Luka Lama yang Belum Sembuh
Abu Zayd Al-Balkhi: Pemikir Muslim yang Menyelami Kesehatan Mental Sejak Abad ke-9, Jauh Sebelum Psikologi Modern