Belum Matang Secara Emosional
Meskipun secara usia anak sudah terlihat besar, perkembangan emosinya belum tentu setara. Ada anak yang secara intelektual sudah mampu memahami pelajaran rumit, tapi belum siap untuk mengelola rasa kecewa, iri, atau kesal dengan cara yang sehat.
Ini yang menyebabkan sebagian anak yang hampir remaja masih bertindak seperti balita saat menghadapi konflik.
Mereka bisa saja tahu bahwa mencubit itu salah, tetapi dorongan emosinya lebih besar daripada kemampuan menahan diri. Apalagi jika tidak pernah dibiasakan untuk mengenali dan menyebutkan emosinya sejak kecil.
Lingkungan yang Menguatkan Perilaku Kasar
Jika di rumah atau lingkungan sekitar anak sering terjadi bentakan, kekerasan verbal, atau bahkan hukuman fisik, maka besar kemungkinan anak akan menganggap bahwa agresi adalah cara yang sah untuk menyelesaikan masalah. Anak meniru apa yang mereka lihat, bukan apa yang diperintahkan.
Bahkan dalam lingkungan yang terlihat "baik-baik saja", jika konflik tidak pernah diselesaikan dengan cara yang terbuka dan sehat, anak bisa belajar bahwa menghindar atau meluapkan emosi lewat fisik lebih “mudah” dilakukan.
Baca Juga: Mudah Emosi ke Orang Tua: Psikolog Sebut Karena Ada Luka Lama yang Belum Sembuh
Cara Orang Tua Menanggapi Sangat Menentukan
Salah satu kesalahan umum dalam menghadapi perilaku kasar pada anak adalah memberikan respons yang terlalu keras, terlalu lembek, atau tidak konsisten.
Jika orang tua membiarkan perilaku tersebut tanpa batas yang jelas, anak akan menganggapnya sebagai hal yang biasa.
Sebaliknya, jika respons orang tua terlalu emosional, anak bisa semakin sulit mengelola emosinya sendiri.
Pendekatan terbaik adalah dengan memahami dulu pemicunya. Tanyakan pada anak, bukan dengan nada menyudutkan, tapi dengan empati: “Kamu tadi kesal ya? Bisa cerita kenapa sampai mencubit adik?” Bantu anak mengenali emosinya, dan beri tahu bahwa perasaan boleh muncul, tapi tindakan harus bisa dikendalikan.
Strategi Membangun Kendali Diri
Untuk mengurangi kebiasaan mencubit atau memukul, beberapa pendekatan yang bisa dilakukan orang tua meliputi:
Artikel Terkait
Memulihkan Luka Tak Kasat Mata: Edukasi Kesehatan Mental Anak Pasca Trauma
Arrasya Wardhana Bachtiar, Putra Sulung Tasya Kamila Hobi Koleksi Kipas Angin: Ini Kata Psikolog
Pentingnya Penanganan Kesehatan Mental di Kampus
Mudah Emosi ke Orang Tua: Psikolog Sebut Karena Ada Luka Lama yang Belum Sembuh
Abu Zayd Al-Balkhi: Pemikir Muslim yang Menyelami Kesehatan Mental Sejak Abad ke-9, Jauh Sebelum Psikologi Modern