• Senin, 22 Desember 2025

Mengenal Asfiksia: Ketika Tubuh Kehilangan Akses Oksigen Secara Mendadak

Photo Author
- Senin, 14 Juli 2025 | 01:21 WIB
Asfiksia
Asfiksia

Pada bayi atau anak-anak, asfiksia juga bisa terlihat dari tangisan lemah, tubuh kaku, atau berhentinya pernapasan.

Dalam situasi ekstrem, seseorang yang mengalami asfiksia bisa kehilangan nyawa dalam hitungan menit jika tidak segera mendapatkan bantuan.

Penyebab Umum Asfiksia

Asfiksia bisa dipicu oleh berbagai kondisi yang menghambat tubuh untuk mendapatkan oksigen. Penyebab tersebut dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan lokasi atau mekanismenya:

  1. Sumbatan Saluran Pernapasan
    Makanan tersedak, tertelan benda asing, atau tenggelam dapat menyumbat saluran udara dan menghentikan pasokan oksigen.

  2. Tekanan Eksternal pada Leher atau Dada
    Cekikan, tali yang melilit leher, atau tekanan kuat pada dada dapat menghalangi aliran udara masuk ke paru-paru.

  3. Paparan Gas Beracun
    Menghirup gas karbon monoksida dari kebocoran knalpot atau kebakaran rumah dapat mengganggu kemampuan darah mengangkut oksigen.

  4. Kondisi Medis
    Asfiksia perinatal (pada bayi baru lahir) bisa terjadi jika suplai oksigen ke janin terganggu selama proses persalinan. Selain itu, serangan asma berat juga bisa memicu kondisi serupa.

 

Tindakan Berisiko atau Tidak Aman
Tantangan viral seperti blackout challenge, yang mendorong seseorang untuk menahan napas hingga pingsan, juga termasuk dalam penyebab asfiksia karena secara sengaja menghentikan aliran oksigen ke otak.

Baca Juga: 7 Jenis Makanan ini Dapat Membantu Meningkatkan Kadar Oksigen dalam Tubuh, Apa Saja? 

Langkah Penanganan Asfiksia

Penanganan asfiksia harus dilakukan secepat mungkin karena setiap detik sangat berharga untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kerusakan otak. Berikut beberapa langkah penanganan yang bisa dilakukan:

  • Hapus sumber hambatan
    Jika penyebabnya adalah benda asing yang menyumbat saluran napas, segera keluarkan benda tersebut dengan teknik seperti Heimlich maneuver pada orang dewasa, atau tepukan punggung dan tekanan dada pada bayi.

  • Berikan bantuan napas
    Jika seseorang berhenti bernapas, pemberian napas buatan (resusitasi mulut ke mulut) bisa membantu menjaga aliran oksigen sementara menunggu pertolongan medis.

  • Panggil bantuan darurat
    Segera hubungi layanan gawat darurat agar tim medis dapat memberikan penanganan lanjutan, termasuk alat bantu napas atau prosedur medis lainnya.

  • Pengawasan medis intensif
    Setelah tertolong, penderita asfiksia umumnya perlu menjalani pemantauan ketat di rumah sakit untuk memastikan tidak terjadi komplikasi lanjutan, seperti kerusakan saraf atau masalah paru-paru.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Afida Rafi

Sumber: Healthline, WHO, Cleveland Clinic, Mayo Clinic, hopkinsmedicine.org

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Bagaimana Sakit Maag Biasa Bisa Berkembang Menjadi GERD?

Minggu, 30 November 2025 | 21:40 WIB

Terpopuler

X