SURATDOKTER.com - Penyakit Arteri Perifer (PAP) merupakan suatu kondisi dimana arteri mengalami penyempitan atau penyumbatan.
Biasanya, kondisi ini disebabkan oleh akumulasi plak yang terbentuk dari berbagai zat dalam darah, seperti kalsium, lemak, dan kolesterol.
Baca Juga: Ada Bahaya Yang Mengintai Akibat Konsumsi Makanan Pokok Ini
Penyebab Penyakit Arteri Perifer
Aterosklerosis adalah penyebab utama dari penyakit arteri perifer (PAP), yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah di kaki, kepala, perut, dan anggota gerak.
Selain itu, penumpukan lemak di dinding pembuluh darah juga dapat mempengaruhi aliran darah dan menyebabkan penyumbatan.
Namun, ada juga penyebab lain yang kurang umum, seperti peradangan pembuluh darah, cedera pada lengan atau kaki, perubahan pada otot atau ligamen, dan paparan radiasi.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit arteri perifer adalah sebagai berikut:
- Usia di atas 50 tahun jika memiliki faktor risiko aterosklerosis, atau usia di atas 65 tahun jika tidak memiliki faktor risiko tersebut.
- Jenis kelamin pria.
- Faktor genetik dan keturunan yang memiliki riwayat terkena penyakit arteri perifer, penyakit jantung, atau stroke.
- Kondisi medis tertentu, seperti diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, dan obesitas.
- Gaya hidup yang kurang baik, seperti merokok dan minum minuman beralkohol.
- Cedera pada tungkai atau lengan.
- Paparan radiasi.
- Tingginya kadar asam amino yang disebut homosistein. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko terkena penyakit arteri koroner.
Baca Juga: Ruben Onsu Mengidap Penyakit Empty Sella Syndrome, Apa itu? Kenali Gejala dan Penyebabnya
Gejala Penyakit Arteri Perifer
Pada arteri perifer, terdapat plak yang terdiri dari lemak, kolesterol, dan zat lain yang dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah arteri dan mengurangi aliran darah.
Seiring berjalannya waktu, plak tersebut dapat mengalami peradangan, pecah, atau menyebabkan terbentuknya gumpalan darah.
Pembentukan gumpalan darah tersebut dapat menyempitkan arteri atau bahkan menghentikan aliran darah sepenuhnya.
Hal ini dapat menyebabkan gejala seperti nyeri otot kaki saat beraktivitas (klaudikasio) atau kram.
Nyeri atau kram otot tersebut dapat terjadi saat penderita melakukan aktivitas fisik hingga beristirahat.
Gejala ini biasanya dirasakan di betis dengan tingkat nyeri yang bervariasi.
Artikel Terkait
Catat! Berikut Beberapa Penyakit yang Tidak Dianjurkan Konsumsi Jahe
Ibu Menjadi Kejam Karena Kondisi Ini. Waspadai Baby Blues Syndrome, Kenali Gejala dan Cara Mengatasinya
Benarkah Stres Saat Hamil Berisiko Sebabkan IQ Rendah Pada Bayi? Berikut Fakta dan Penjelasannya!
10 Penyakit yang bisa Sembuh dengan Daun Kelor, Nomor Terakhir Kondisi Dambaan Kesehatan