SURATDOKTER.com - Empty sella syndrome adalah suatu kondisi langka yang terjadi ketika kelenjar pituitari di dalam otak mengalami penyusutan atau tekanan.
Penyebab terjadinya empty sella syndrome dapat disebabkan oleh adanya cairan otak yang mengisi rongga tempat kelenjar pituitari akibat kelainan bawaan.
Selain itu, kondisi ini juga dapat terjadi akibat cedera, tumor, atau perdarahan pada otak.
Kelenjar pituitari terletak di bawah otak dan terlindung dalam rongga otak yang disebut sella turcica.
Organ ini bertanggung jawab dalam produksi hormon yang mengatur berbagai fungsi tubuh, seperti hormon pertumbuhan (growth hormone), serta hormon yang mengatur produksi sel sperma dan sel telur.
Baca Juga: Benarkah Introvert Anti Sosial? Sendiri dan Penyendiri Beda lho! Simak Ulasan Berikut
Penyebab Empty Sella Syndrome
Para ahli dan peneliti belum menemukan penyebab pasti dari kondisi ini.
Namun, kemungkinan penyebabnya adalah kelainan bawaan pada jaringan yang melindungi otak manusia sehingga cairan di serebrospinal bersinggungan dengan kelenjar pituitari.
Akibatnya, kelenjar tersebut mengalami perubahan bentuk.
Ada dua jenis Empty sella syndrome, yaitu primer dan sekunder. Berikut ini adalah penjelasan mengenai kedua jenis tersebut:
1. Empty Sella Syndrome Primer
Empty sella syndrome sejak lahir menyebabkan sindrom empty sella primer. Sindrom ini mengakibatkan cairan otak bocor dan mengisi rongga sella turcica, serta menekan kelenjar pituitari.
Meskipun demikian, penyebab pasti dari kelainan bawaan ini masih belum diketahui.
2. Empty Sella Syndrome Sekunder
Empty sella syndrome sekunder dapat terjadi karena berbagai kondisi atau penyakit yang dapat mengganggu kelenjar pituitari atau sella turcica, seperti tumor otak, terapi radiasi atau operasi di sekitar kelenjar pituitari, peningkatan tekanan di dalam otak (hipertensi intrakranial), tumor kelenjar hipofisis, cedera kepala atau otak, serta kerusakan pada kelenjar pituitari akibat komplikasi saat melahirkan (sindrom Sheehan).
Kemungkinan lainnya adalah kerusakan kelenjar pituitari yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti tumor, terapi radiasi, operasi otak yang melibatkan kelenjar pituitari, dan trauma kepala.
Artikel Terkait
Kurangi Risiko Alergi pada Anak hingga 35%, Ini Asupan Penting pada Bayi Usia 6 Bulan
Benarkah Sumber Radikal Bebas Bisa dari dalam Tubuh, Berikut Tips Mengurangi Dampaknya