Gejala Aneurisma Otak
Berdasarkan tingkat keparahan yang dialami penderita, gejala aneurisma otak dibagi menjadi 2, yaitu:
-
Aneurisma Otak Tidak Pecah
Umumnya penderita tidak merasakan gejala awal, namun dapat menimbulkan gejala ketika ukurannya membesar.
Gejala yang ditimbulkan, meliputi;
- Masalah penglihatan
- Rasa sakit di atas mata
- Mati rasa pada sisi wajah
- Kesulitan berbicara
- Sakit kepala
- Kehilangan keseimbangan
- Kesulitan berkonsentrasi
- Masalah ingatan
Baca Juga: Kasus Mycoplasma Pneumoniae Ditemukan di Indonesia, Ini Upaya Kemenkes dalam Pencegahannya
-
Aneurisma Otak Pecah
Ini merupakan keadaan darurat medis yang memerlukan tindakan segera.
Gejalanya ditandai dengan:
- Sakit kepala mendadak
- Kehilangan kesadaran
- Kejang
- Penglihatan kabur atau ganda
- Kebingungan
- Leher kaku atau sakit
- Penurunan sensitivitas terhadap cahaya
- Kelemahan pada sisi tubuh
Penyebab dan Faktor Risiko
Aneurisma otak disebabkan oleh kelemahan pada dinding pembuluh darah otak.
Kelemahan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
- Merokok
- Tekanan darah tinggi
- Riwayat kesehatan keluarga
- Usia di atas 40 tahun
- Jenis kelamin wanita (setelah menopause)
- Kelemahan pembuluh darah bawaan
- Cedera kepala parah
- Kondisi genetik tertentu.
Diagnosis dan Pemeriksaan
Mendiagnosis aneurisma melibatkan pertanyaan mengenai gejala, riwayat penyakit, aktivitas fisik yang dilakukan dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan penunjang seperti CT scan, MRI, angiogram, dan pemeriksaan cairan tulang belakang dapat digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis.
Pengobatan dan Pencegahan Aneurisma Otak
Pengobatan tergantung pada ukuran dan tingkat keparahan aneurisma.
Pembedahan dapat menjadi opsi jika aneurisma berisiko pecah, dengan berbagai metode, seperti; surgical clipping, coiling endovascular, atau pembedahan flow diverter.
Baca Juga: Gejala Covid Varian Baru di Indonesia, Kemenkes Mengimbau untuk Vaksinasi
Untuk yang kecil dan tidak pecah dapat dilakukan terapi observasi secara rutin dan melakukan pencegahan, seperti;
- Menghindari obat-obatan stimulan
- Tidak merokok
- Menjaga tekanan darah
- Menerapkan gaya hidup sehat
- Menghindari makanan tinggi lemak
- Mengurangi konsumsi kafein dan alkohol
- Menjaga berat badan ideal dan rutin berolahraga
Dengan deteksi dini dan penanganan yang tepat dapat meminimalkan risiko komplikasi dan mengurangi dampak fatal yang bisa saja terjadi.
Artikel Terkait
7 Jenis Infeksi Jamur pada Penderita HIV, Ketahui Cara Pencegahannya
Sempat Diderita Kiki Fatmala, Ini Penyebab dan Gejala Kanker Paru-paru yang Perlu Diwaspadai
Ini Dampak Buruk Stunting Jangka Pendek Hingga Panjang, Simak 10 Cara Pencegahannya
Disebut Penyebab Pneumonia di China, Kenali Mycoplasma Pneumoniae: Gejala, Risiko, serta Penyebarannya
Apa itu Covid Varian Eris? Simak Gejala dan Cara Pencegahannya