Studi Terbaru Mengungkapkan Bahwa Berpelukan Atau Perasaan Dicintai Bisa Mengubah Gen Bahkan Menghentikan Proses Peradangan

SURATDOKTER.com - Beberapa tahun terakhir, dunia medis mulai mengamati kaitan antara kesehatan fisik dan kondisi emosional seseorang.

Salah satu temuan menarik adalah tentang bagaimana cinta, perhatian, dan sentuhan hangat seperti pelukan dapat memengaruhi cara tubuh bekerja, bahkan hingga tingkat genetik.

Cinta Tidak Mengubah Gen, Tapi Memengaruhi Cara Gen Bekerja

Meskipun cinta tidak serta-merta mengganti struktur gen seseorang, suasana hati dan lingkungan emosional bisa memengaruhi bagaimana gen tersebut “bekerja.”

Baca Juga: 5 Tipe Love Language yang Umum Dikenal, Bahasa Cinta yang Sempat Jadi Permasalahan di Awal Hubungan Luna Maya dan Maxime Bouttier

Hal ini dikenal dengan istilah epigenetika, yaitu perubahan aktivitas gen yang dipicu oleh faktor luar seperti stres, pola hidup, atau rasa aman dalam hubungan.

Penelitian menunjukkan bahwa kualitas hubungan sosial dapat memengaruhi gen-gen yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh, khususnya yang terlibat dalam proses peradangan.

Namun, perubahan ini tidak terjadi secara instan. Dibutuhkan waktu dan konsistensi dari pola hidup yang stabil serta lingkungan emosional yang mendukung.

Hormon Cinta dan Dampaknya pada Tubuh

Dalam proses ikatan emosional, tubuh memproduksi hormon oksitosin, yang kerap disebut sebagai “hormon cinta.”

Oksitosin dilepaskan saat seseorang berpelukan, menunjukkan kasih sayang, atau menjalin hubungan sosial yang positif. Hormon ini terbukti menurunkan kadar hormon stres (kortisol), sehingga tubuh merasa lebih tenang dan nyaman.

Beberapa riset menunjukkan bahwa oksitosin berperan dalam menurunkan tekanan darah, mengatur detak jantung, hingga membantu mempercepat proses penyembuhan luka.

Meski begitu, efek ini bersifat tidak langsung dan tetap bergantung pada banyak faktor seperti kondisi kesehatan umum, asupan gizi, dan kualitas tidur.

Peran Cinta dalam Menekan Peradangan