Studi terbaru di India mengungkapkan bahwa hampir seluruh siswi pengguna Snapchat merasa kurang percaya diri setelah membandingkan penampilan alami mereka dengan gambar yang telah difilter.
Efek ini tidak hanya membuat mereka merasa tidak mampu, namun juga mempengaruhi harga diri mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Remaja yang lebih rentan cenderung merasa semakin buruk ketika melihat penampilan mereka tidak sesuai dengan citra yang ditampilkan di media sosial.
Beberapa bahkan mengaku ingin melakukan prosedur kosmetik untuk mencapai penampilan seperti yang mereka lihat dalam filter.
Fenomena ini juga mengarah pada fenomena yang disebut “kultus kepribadian mikro”. Pengguna media sosial, khususnya remaja, merasa harus bersaing untuk mendapatkan perhatian atau pengakuan di dunia maya.
Ini bertujuan pada keinginan untuk memperbaiki penampilan secara terus-menerus, dan menyaring menjadi alat kecantikan yang sangat efektif untuk mencapai tujuan tersebut.
Meskipun ini mungkin memberikan kepuasan sementara, pada kenyataannya, ini hanya memuaskan perasaan rendah diri yang sudah ada.
Baca Juga: Psikologi Sederhana : Mengenal Istilah Duck Syndrome Hingga Cara Menanganinya
Selain itu, penggunaan filter kecantikan juga dapat merusak persepsi remaja terhadap diri mereka sendiri.
Banyak yang beranggapan bahwa penampilan mereka yang alami tidak cukup baik jika dibandingkan dengan hasil filter yang terlihat sempurna.
Seiring berjalannya waktu, hal ini dapat menyebabkan masalah psikologis yang lebih serius, seperti gangguan makan dan perasaan terasing dari diri mereka sendiri.
Secara keseluruhan, meskipun filter kecantikan bisa memberikan kepuasan sesaat, dampak jangka panjang terhadap mental remaja tidak bisa dianggap enteng.
Pakar psikologi menekankan perlunya kesadaran tentang pentingnya memperkenalkan konsep kecantikan yang lebih sehat dan realistis kepada generasi muda, serta mempromosikan penggunaan media sosial yang lebih bertanggung jawab.
Pembatasan yang dilakukan oleh TikTok adalah langkah awal yang baik, namun kesadaran dari pengguna dan orang tua sangat penting untuk menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat bagi remaja.***
Artikel Terkait
Sebanyak 40Juta Remaja Indonesia Beresiko Terjangkit HIV
Remaja 14 Tahun Bunuh Ayah dan Neneknya, Begini Tanggapan KPAI Soal Pola Asuh Anak
Remaja 14 Tahun Bunuh Ayah dan Neneknya, Ini Tanggapan Psikolog
Remaja 19 Tahun Meninggal Karena Keracunan Metanol Saat Sedang Berlibur di Laos
Survei Mengatakan 1 dari 3 Remaja di Indonesia Mengalami Masalah Mental: Berikut 4 Cara Mendukung Kesehatan Mental Mereka