SURATDOKTER.com - Baru-baru ini, ramai di TikTok tentang video yang berisi tas branded yang terbuat dari bulu Cerpelai atau mink. Banyak yang berpendapat bahwa hal tersebut merupakan tindakan animal cruelty.
Animal cruelty merupakan perilaku, dimana seseorang melakukan kekerasan terhadap hewan untuk tujuan tertentu.
Lantas, apa saja penyebab animal cruelty? Simak penjelasannya lewat artikel di bawah ini!
Apa itu Animal Cruelty?
Animal cruelty, bisa disebut juga dengan animal abuse merupakan kejahatan yang menyebabkan rasa sakit secara fisik hingga kematian pada hewan.
Biasanya, hewan yang menjadi korban adalah hewan-hewan jinak, seperti anjing atau kucing. Menurut Human Society, kekerasan terhadap hewan banyak terjadi di industri peternakan.
Baca Juga: Pecinta Hewan Wajib Tahu, Ini Manfaat Pelihara Kucing
Contoh kecil yang bisa disebut kekejaman terhadap hewan misalnya seperti mengabaikan hewan sampai tidak memberi makan dan minum, sehingga mereka sakit parah atau mengalami kematian.
Seseorang dengan perilaku tersebut harus segera diberi pertolongan. Sebab, penganiayaan terhadap hewan bisa mejadi awal dari penganiyaaan dan kekerasan terhadap manusia.
Singkatnya, animal cruelty merupakan tindakan yang disengaja dan terus-menerus yang mengakibatkan penderitaan fisik atau psikologis terhadap hewan. Tindakan tersebut di antaranya menyebabkan rasa sakit, stres, penderitaan, hingga kematian terhadap hewan.
Siapa yang Paling Sering Melakukan Animal cruelty?
Sebenarnya, kekejaman terhadap hewan bisa dilakukan oleh siapa saja. Namun, ada beberapa riset yang dilakukan untuk mengetahui siapa yang berpotensi melakukan perilaku ini.
Dalam penelitian yang berjudul Animal cruelty, pet abuse & violence: the missed dangerous connection, anak-anak punya potensi dalam melakukan kekejaman terhadap hewan.
Anak-anak yang menyaksikan periaku animal cruelty punya kemungkinan 3-8 kali lebih besar untuk melakukan hal tersebut.
Hal ini karena anak-anak melakukannya karena rasa ingin tahu atau menirunya. Penyebabnya karena si anak kurang peka terhadap Tindakan kekerasa, rasa empati yang rendah, hingga kurangnya kasih sayang.
Dalam studi dari Anna C. Baldry berjudul Animal Abuse and Exposure to Interparental Violence in Italian Youth, ia menemukan kalua ada lebih dari 50% remaja yang menyaksikan KDRT terlibat dalam kekejaman terhadap hewan. Dari penelitian tersebut, 70% di antaranya adalah laki-laki.
Artikel Terkait
Kenali LSD Dan PMK Pada Sapi Sebelum Memilih Hewan Kurban
Pecinta Hewan Wajib Tahu, Ini Bahaya Penyakit yang dibawa Tikus ke Kucing!
Jeroan Hewan, Memiliki Manfaat Jika Dikonsumsi dengan Benar
Waspadai Kekerasan Fisik dan Emosional Pada Anak Dengan Memahami Gejala Berikut Ini
Apakah Makan Makanan Hewan Dapat Membunuh Anda? Ini Allasannya Dari Segi Medis
Pecinta Hewan Wajib Tahu, Ini Manfaat Pelihara Kucing