• Senin, 22 Desember 2025

Bahaya Menghirup Helium: Efek Samping, Dampak pada Tubuh, dan Cara Penanganannya

Photo Author
- Selasa, 15 Juli 2025 | 10:33 WIB
Balon helium
Balon helium

Selain itu, kekurangan oksigen yang berlangsung selama beberapa menit dapat menyebabkan kerusakan otak permanen. Efek ini lebih berisiko pada anak-anak, lansia, atau mereka yang memiliki riwayat penyakit pernapasan.

Penanganan Jika Terpapar Helium

Jika seseorang menunjukkan tanda-tanda kehilangan kesadaran, kesulitan bernapas, atau pingsan setelah menghirup helium:

  1. Segera pindahkan ke tempat dengan udara segar.
  2. Lepaskan pakaian yang ketat, terutama di bagian dada dan leher.
  3. Hubungi layanan medis darurat secepat mungkin.
  4. Jika korban tidak bernapas, lakukan resusitasi jantung paru (CPR) bila Anda terlatih.
  5. Setelah sadar, korban tetap perlu evaluasi medis untuk memastikan tidak ada kerusakan otak atau paru-paru.

Di rumah sakit, pasien dengan gejala hipoksia biasanya diberikan oksigen murni melalui masker untuk memulihkan kadar oksigen darah secepatnya.

Jika kerusakan sudah meluas, penanganan bisa melibatkan terapi hiperbarik oksigen atau perawatan intensif.

Baca Juga: 7 Jenis Makanan ini Dapat Membantu Meningkatkan Kadar Oksigen dalam Tubuh, Apa Saja? 

Langkah Pencegahan yang Harus Diketahui

Agar kejadian serupa tidak terulang, berikut langkah pencegahan yang disarankan:

  • Jangan pernah menghirup helium secara langsung dari balon atau tabung.
  • Edukasikan anak-anak dan remaja tentang bahayanya, karena mereka paling sering melakukannya demi lelucon.
  • Gunakan helium hanya untuk keperluan yang sesuai, seperti mengisi balon dekorasi, bukan untuk dihirup.
  • Simpan tabung helium di tempat yang aman dan hanya digunakan oleh orang dewasa yang memahami risiko dan cara penanganannya.

Meski helium tidak beracun secara kimia, dampaknya terhadap tubuh sangat serius ketika menggantikan oksigen.

Menghirup helium demi kesenangan sesaat bisa berujung pada tragedi yang tak terbayangkan. Tetap waspada, dan jangan anggap remeh gas yang tampaknya “tidak berbahaya” ini.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Afida Rafi

Sumber: Cleveland Clinic, Mayo Clinic, NIH, CDC

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Bagaimana Sakit Maag Biasa Bisa Berkembang Menjadi GERD?

Minggu, 30 November 2025 | 21:40 WIB

Terpopuler

X