SURATDOKTER.com - Kisah menyedihkan datang dari California, Amerika Serikat, di mana seorang bayi laki-laki berusia 10 bulan harus mengalami penderitaan luar biasa akibat pola asuh ekstrem yang dilakukan oleh kedua orang tuanya.
Bayi tersebut nyaris kehilangan nyawanya dan kini mengalami gangguan permanen, termasuk kerusakan otak dan risiko kelumpuhan.
Apa yang dialami si kecil bukan karena kecelakaan atau penyakit langka, melainkan karena keyakinan keliru orang tuanya sendiri.
Baca Juga: Update Kondisi Kesehatan Jokowi Usai Liburan Bersama Cucu, Ajudan: Bugar tapi Masih Pemulihan
Pasangan suami istri itu dikenal menganut gaya hidup vegan yang ekstrem, dan memperlakukan anak mereka berdasarkan prinsip yang tidak berdasar secara medis.
Mereka tidak memberikan si bayi ASI maupun susu formula, karena percaya bahwa produk tersebut mengandung racun. Sebagai gantinya, bayi tersebut malah diajak mengikuti rutinitas sauna bersuhu tinggi dan mandi air es yang disebut-sebut sebagai bagian dari proses “penyembuhan alami”.
Situasi kritis baru terungkap ketika si bayi mengalami kejang hebat dan dilarikan ke rumah sakit.
Dokter menemukan bahwa kadar gula darahnya sangat rendah, ia mengalami hipoksia (kekurangan oksigen), dan menunjukkan tanda-tanda katatonik – suatu kondisi gangguan saraf serius yang menyebabkan tubuh menjadi kaku dan tak responsif.
Hasil pemeriksaan medis mengungkap bahwa tubuh bayi tersebut sangat kurus, berwarna pucat keabuan, dan berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
Ia tidak mampu berjalan, tidak bisa melihat, dan juga belum menunjukkan tanda-tanda perkembangan wicara sebagaimana anak seusianya. Semua ini merupakan dampak dari malnutrisi berat dan minimnya perawatan yang semestinya ia terima sejak lahir.
Lebih menyedihkan lagi, ayah dari bayi tersebut sempat menolak beberapa upaya medis yang bertujuan menyelamatkan nyawa anaknya. Ia justru meyakini bahwa kelaparan adalah proses alami menuju penyembuhan.
Baca Juga: Bantuan Sosial Lebih Tepat Sasaran Jika Dikhususkan untuk Lansia dan Difabel, Usul BP Taskin
Kepercayaan yang salah tempat ini justru membawa anaknya pada penderitaan berkepanjangan dan kemungkinan cacat permanen.
Peran nenek dari pihak ayah menjadi sangat penting dalam kasus ini. Ia telah beberapa kali memperingatkan pihak berwenang tentang kondisi cucunya.
Artikel Terkait
Dari Analis Laboratorium hingga Psikolog Klinis, Ini Daftar Profesi Kesehatan yang Dibuka di PPPK Kejaksaan RI 2025
446 Jemaah Haji Indonesia Wafat Selama Operasional Haji 2025, Kemenkes: Menurun dari Tahun 2024
Menyamar Jadi Wanita, Pria Ini Sebarkan HIV ke Ribuan Orang
Bantuan Sosial Lebih Tepat Sasaran Jika Dikhususkan untuk Lansia dan Difabel, Usul BP Taskin
Update Kondisi Kesehatan Jokowi Usai Liburan Bersama Cucu, Ajudan: Bugar tapi Masih Pemulihan