• Senin, 22 Desember 2025

Peluru yang Mengubah Hidup: Kisah Pria dengan OCD yang Tak Sengaja “Sembuh” Setelah Cedera Otak

Photo Author
- Kamis, 30 Oktober 2025 | 05:07 WIB
Peluru yang mengubah hidup
Peluru yang mengubah hidup

SURATDOKTER.com - Pada tahun 1988, seorang pria berusia 19 tahun asal Amerika Serikat dilaporkan memiliki gangguan obsesif-kompulsif (OCD) yang sangat berat. Ia sudah mencoba berbagai bentuk terapi dan pengobatan, namun kondisinya tidak juga membaik.

Dalam keputusasaan, ia menembakkan pistol ke kepalanya, berniat mengakhiri hidupnya. Namun keajaiban terjadi — ia justru selamat.

Peluru itu menembus bagian depan tengkoraknya dan mengenai area tertentu di otak, lobus frontal bagian kiri, wilayah yang diketahui berperan penting dalam pengendalian emosi, keputusan, dan perilaku berulang.

Setelah pulih dari operasi darurat, dokter dan keluarganya menemukan sesuatu yang tak biasa: gejala OCD-nya hilang sepenuhnya.

Baca Juga: Benarkah Earphone Nirkabel Bisa Merusak Otak? Ini Fakta di Balik Isu Radiasi yang Sering Diabaikan

Apa Itu OCD dan Mengapa Bisa Begitu Menguasai Pikiran?

Gangguan obsesif-kompulsif (OCD) adalah kondisi ketika seseorang terus-menerus memiliki pikiran atau dorongan yang tidak diinginkan (obsesi), disertai tindakan berulang (kompulsi) untuk meredakan kecemasan yang muncul.

Misalnya, seseorang dengan OCD bisa mencuci tangan puluhan kali sehari karena takut terkontaminasi, atau terus memeriksa pintu berulang kali meski sudah dikunci.

Secara neurologis, OCD berkaitan dengan ketidakseimbangan aktivitas di area otak yang mengatur kontrol impuls, terutama di sirkuit yang melibatkan lobus frontal, ganglia basal, dan thalamus. Aktivitas berlebih di jalur ini membuat otak sulit “melepaskan” pikiran tertentu, sehingga muncul perilaku kompulsif.

Ketika Peluru Mengenai “Titik Pusat Gangguan”

Dalam kasus pria ini, hasil CT scan menunjukkan peluru menembus bagian kiri otak depan (frontal lobe), yang juga merupakan wilayah hiperaktif pada penderita OCD.

Dokter berasumsi bahwa peluru secara tidak sengaja menghancurkan sirkuit saraf yang selama ini menciptakan dorongan obsesif-kompulsif.

Setelah pulih secara fisik, pasien tidak lagi menunjukkan gejala OCD yang sebelumnya sangat parah. Ia bisa menjalani aktivitas normal tanpa dorongan berulang yang tak terkendali.

Meski mengalami perubahan kecil dalam kepribadian dan daya fokus, secara psikologis ia justru merasa “bebas” untuk pertama kalinya dalam hidupnya.

Kasus ini kemudian dilaporkan dalam jurnal medis dan menjadi bahan diskusi dalam bidang neuropsikologi dan psikiatri karena menggambarkan hubungan langsung antara struktur otak dan perilaku manusia.

Baca Juga: Rahasia di Balik Overthinking: Ketika Otak Tak Mau Berhenti Melindungi Diri

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Afida Rafi

Sumber: Instagram, Frontiers, NIMH, Journal of Neurology and Stroke

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Terpopuler

X