SURATDOKTER.com - Pemerintah Indonesia menghadirkan inisiatif Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai contoh konkret dari strategi pembangunan yang mengedepankan manusia dan ketahanan pangan.
Inisiatif ini dipaparkan dalam acara sampingan pada forum UNCTAD 16 di Jenewa dalam sesi bertajuk “From Trade to Table: Leveraging Integrated Trade-Development to Ensure Sustainable and Resilient Food System and Nutrition Programs”.
Kenapa MBG Menjadi Sorotan
Dalam forum tersebut, delegasi Indonesia menekankan bahwa perdagangan tidak hanya soal ekspor-impor ataupun pertumbuhan ekonomi semata, melainkan juga harus menjamin akses masyarakat terhadap pangan yang bergizi, aman, beragam, dan terjangkau.
Program MBG dianggap mencerminkan pendekatan baru yang menempatkan manusia—termasuk anak-anak, kelompok rentan, dan pelaku usaha mikro—sebagai pusat pembangunan.
Makna & Dampak MBG
MBG difokuskan pada penciptaan permintaan yang terstruktur terhadap bahan pangan lokal—mulai dari petani, nelayan, peternak, hingga pelaku UMKM. Dengan cara ini:
- rantai pasok bahan pangan menjadi lebih kuat dan terdesentralisasi,
- pelaku usaha kecil mendapat peluang untuk tumbuh dan terintegrasi secara ekonomi,
- pertumbuhan ekonomi tidak hanya terpusat di kota besar, melainkan juga menjangkau daerah-daerah.
Para pembicara dalam forum juga menyebut bahwa efek MBG melampaui sektor pangan saja: industri pengolahan, logistik, konstruksi, hingga teknologi digital turut terdorong lewat penguatan ekosistem pangan nasional.
Tantangan & Peluang Ke Depan
Meski MBG mendapat sorotan positif, sejumlah tantangan masih perlu diatasi agar dampaknya optimal:
- Ketersediaan stok pangan lokal yang memadai dan stabil.
- Harga bahan pangan yang terkendali agar tidak membebani masyarakat.
- Peningkatan kapasitas dan organisasi para petani, nelayan, peternak, dan pelaku UMKM agar bisa memenuhi permintaan secara konsisten dan berkelanjutan.
Baca Juga: Kasus Keracunan Massal MBG: Saatnya Orang Tua Turut Menjamin Keamanan Gizi Anak di Sekolah
Kolaborasi lintas sektor—antara pemerintah pusat dan daerah, swasta, petani, serta lembaga internasional—diidentifikasi sebagai kunci untuk mencapai sistem pangan yang tangguh dan inklusif.
Dari perspektif kesehatan, MBG memiliki makna penting: dengan akses pangan bergizi yang lebih baik, anak-anak sekolah dan kelompok rentan bisa memiliki fondasi nutrisi yang lebih kuat untuk tumbuh kembang.
Ini sekaligus mendukung upaya menekan stunting, anemia, maupun malnutrisi. Di sisi ekonomi dan sosial, keberdayaan UMKM pangan lokal juga berarti lebih banyak pekerjaan dan peluang kesejahteraan di tingkat masyarakat, bukan hanya di pusat kota.***
Artikel Terkait
Program MBG dan Ancaman Keracunan Massal: Mengapa Pengawasan Dapur Harus Jadi Prioritas
Curhat Mahfud MD Usai Cucunya Keracunan MBG: Bukan Sekadar Soal Angka, Tapi Nyawa Anak Bangsa
Blunder Menu MBG Gunakan Makanan Ultra Proses, DPR Soroti Kebijakan Gizi dan Konsistensi BGN
Kasus Keracunan Massal MBG: Saatnya Orang Tua Turut Menjamin Keamanan Gizi Anak di Sekolah
Setahun Program MBG: Prabowo Klaim 99,9 Persen Berhasil, Akui Ada Kekurangan dan Dorong Pendidikan Kebersihan di Sekolah