SURATDOKTER.com - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi kebijakan unggulan pemerintahan Prabowo-Gibran kini tengah berada di bawah sorotan publik.
Program yang dirancang untuk memperbaiki gizi anak sekolah dan ibu hamil ini diharapkan menjadi langkah besar menuju generasi Indonesia yang lebih sehat.
Namun, kasus keracunan massal yang muncul di berbagai daerah belakangan ini memunculkan kekhawatiran baru terhadap pelaksanaannya.
Baca Juga: Blunder Menu MBG Gunakan Makanan Ultra Proses, DPR Soroti Kebijakan Gizi dan Konsistensi BGN
Salah satu kisah yang menarik perhatian datang dari Mahfud MD, mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Ia secara terbuka membagikan pengalaman pribadi tentang dua cucunya yang mengalami keracunan setelah menyantap makanan MBG di sekolah.
Cucu Mahfud MD Jadi Korban Keracunan di Sekolah Yogyakarta
Melalui kanal YouTube pribadinya, Mahfud menceritakan bahwa kedua cucunya yang bersekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami muntah-muntah setelah makan dari menu MBG. Salah satu di antaranya bahkan harus dirawat di rumah sakit selama empat hari.
Ia menyebut bahwa di kelas tempat cucunya belajar, terdapat delapan siswa yang mengalami gejala serupa pada hari yang sama.
Pengalaman tersebut menjadi titik balik bagi Mahfud dalam menyoroti perlunya evaluasi menyeluruh terhadap standar pengolahan dan distribusi makanan MBG.
Menurutnya, kejadian tersebut tidak hanya menjadi persoalan teknis, tetapi juga menyangkut keselamatan anak-anak yang seharusnya mendapat jaminan dari negara.
“Ini Bukan Soal Angka, Tapi Nyawa Manusia”
Mahfud menekankan bahwa kasus keracunan tidak bisa dianggap sebagai angka statistik semata. Meskipun jumlahnya kecil dibanding jutaan penerima MBG, setiap anak yang menjadi korban tetap mewakili kegagalan sistem yang perlu diperbaiki.
Ia menilai bahwa keselamatan anak-anak harus ditempatkan di atas semua prioritas, karena tujuan utama MBG adalah melindungi tumbuh kembang generasi muda, bukan sekadar menyalurkan makanan gratis.
Mahfud juga menyebut bahwa program ini tetap harus dipertahankan karena memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi. Namun, ia menegaskan perlunya standar kualitas dan sanitasi yang lebih ketat agar tujuan mulia MBG tidak berubah menjadi bumerang.
Artikel Terkait
Susu MBG Hanya 30 Persen Susu Segar? Ini Penjelasan Lengkap Soal Gizi dan Dampaknya bagi Kesehatan Anak
Blunder Menu MBG Gunakan Makanan Ultra Proses, DPR Soroti Kebijakan Gizi dan Konsistensi BGN
Insentif Rp100 Ribu untuk Guru Penanggung Jawab: Strategi Baru Pemerintah Perkuat Distribusi Program Makan Bergizi Gratis
Data Keracunan Program Makan Bergizi Gratis Kini Dipusatkan Lewat BGN, Kemenkes Fokus di Pengawasan dan Pelaporan
Viral Menu MBG di Depok: Di Balik Secuil Pangsit dan Kentang, Ada Cerita Soal Inovasi Gizi dan Evaluasi Dapur Sekolah