SURATDOKTER.com - Sebagian masyarakat Indonesia tengah menyoroti langkah Badan Gizi Nasional (BGN) yang mengerahkan 5.000 koki profesional ke dapur-dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di berbagai daerah.
Langkah besar ini merupakan bagian dari evaluasi menyeluruh terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang beberapa waktu terakhir disorot akibat kasus keracunan massal di sejumlah wilayah.
Kepala BGN, Dadan Hindayana, menyebut pengiriman ribuan tenaga ahli kuliner ini bertujuan memperkuat kualitas dan keamanan makanan di setiap dapur penyelenggara MBG.
Program ini dijadwalkan mulai berjalan Senin, 13 Oktober 2025, dan diharapkan menjadi awal perbaikan sistem yang lebih disiplin dan higienis.
Baca Juga: Tragedi Calon Praja IPDN Jatinangor: Saat Tekanan Fisik dan Mental Picu Henti Jantung
Namun di balik gebrakan tersebut, masih tersisa pertanyaan besar: apakah pengiriman koki profesional ini cukup untuk menghapus akar persoalan yang menyebabkan kasus keracunan sebelumnya?
Masalah Utama: SOP dan Kebersihan yang Belum Seragam
Kasus keracunan pada peserta MBG mengungkapkan adanya ketidakteraturan dalam penerapan SOP dapur di lapangan.
Menurut laporan Badan Pengendalian Pembangunan dan Investigasi Khusus (Bappisus), sejumlah dapur SPPG diketahui masih melanggar standar waktu masak, sanitasi air, dan penyimpanan bahan pangan.
Beberapa dapur bahkan disebut menggunakan air yang tidak memenuhi standar kebersihan, serta memproses makanan dalam waktu singkat tanpa memperhatikan suhu dan higienitas alat.
Pemerintah melalui Bappisus dan Kemenkes pun mulai melakukan evaluasi lintas lembaga untuk memperbaiki pengawasan bahan baku, proses distribusi, serta sistem kontrol dapur di seluruh Indonesia.
Faktor Mikrobiologis yang Tak Boleh Diabaikan
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama, mengingatkan bahwa penyebab keracunan tidak selalu berhenti di dapur.
Hasil laboratorium menunjukkan bakteri Salmonella dan Bacillus cereus sebagai penyebab dominan pada kasus keracunan massal di beberapa sekolah penerima MBG.
Kedua bakteri tersebut umumnya tumbuh akibat penyimpanan makanan berprotein tinggi dan nasi pada suhu ruang terlalu lama.
Baca Juga: Curhat Mahfud MD Usai Cucunya Keracunan MBG: Bukan Sekadar Soal Angka, Tapi Nyawa Anak Bangsa
Artikel Terkait
Susu MBG Hanya 30 Persen Susu Segar? Ini Penjelasan Lengkap Soal Gizi dan Dampaknya bagi Kesehatan Anak
Curhat Mahfud MD Usai Cucunya Keracunan MBG: Bukan Sekadar Soal Angka, Tapi Nyawa Anak Bangsa
Blunder Menu MBG Gunakan Makanan Ultra Proses, DPR Soroti Kebijakan Gizi dan Konsistensi BGN
BGN dan BPOM Ungkap Akar Masalah Keracunan MBG: Pelanggaran SOP hingga Minimnya Sanitasi Dapur SPPG
Viral Menu MBG di Depok: Di Balik Secuil Pangsit dan Kentang, Ada Cerita Soal Inovasi Gizi dan Evaluasi Dapur Sekolah