• Senin, 22 Desember 2025

Peluru yang Mengubah Hidup: Kisah Pria dengan OCD yang Tak Sengaja “Sembuh” Setelah Cedera Otak

Photo Author
- Kamis, 30 Oktober 2025 | 05:07 WIB
Peluru yang mengubah hidup
Peluru yang mengubah hidup

Operasi Otak dan Studi OCD Modern: Dari Kebetulan ke Terapi Terkontrol

Fenomena ini menginspirasi ilmuwan untuk mempelajari lebih jauh tentang hubungan antara kerusakan otak dan perubahan perilaku.
Dalam beberapa dekade terakhir, riset terhadap penderita OCD berat akhirnya melahirkan metode terapi berbasis stimulasi otak seperti:

  1. Deep Brain Stimulation (DBS)
    Teknik ini menggunakan elektroda kecil yang ditanam di area otak tertentu untuk menyeimbangkan aktivitas saraf berlebih. DBS kini digunakan pada pasien OCD yang tidak merespons obat atau terapi perilaku.

  2. Neurosurgical Lesioning (Cingulotomy)
    Dalam kasus ekstrem, dokter dapat “mematikan” sebagian kecil jaringan otak yang menyebabkan dorongan kompulsif, dengan risiko yang jauh lebih terkendali dibanding trauma fisik.

Teknik-teknik ini pada dasarnya meniru efek kebetulan dari kasus tahun 1988, tetapi dilakukan dengan perencanaan, teknologi, dan keamanan yang sangat tinggi.

Pelajaran dari Kasus Ini: Otak, Emosi, dan Kesehatan Mental

Kisah ini bukan tentang keberuntungan yang aneh, melainkan tentang kompleksitas otak manusia.

Cedera otak memang bisa mengubah perilaku seseorang secara dramatis, namun hasilnya tidak selalu positif. Banyak pasien cedera otak lain justru mengalami kehilangan kemampuan bicara, kepribadian berubah drastis, atau bahkan kehilangan fungsi tubuh.

Para ahli menegaskan bahwa kasus pria ini hanyalah kejadian langka, bukan bukti bahwa cedera bisa menjadi solusi untuk gangguan mental.

Sebaliknya, kisah ini menegaskan bahwa akar gangguan mental memang nyata dan bersifat biologis, bukan sekadar “masalah pikiran” atau “lemah iman.”

Baca Juga: Intermittent Fasting 8 Minggu, Benarkah Bisa Membalikkan Usia Otak hingga 2,5 Tahun?

Keajaiban atau Pelajaran Neurosains?

Kisah pria dengan OCD yang tak sengaja “sembuh” setelah tembakan ke kepala menjadi simbol bagaimana otak dan perilaku manusia begitu terhubung erat.

Meskipun hasilnya terlihat ajaib, secara medis itu adalah konsekuensi dari kerusakan saraf pada area otak tertentu — bukan penyembuhan yang disengaja.

Penemuan ini membuka jalan bagi pendekatan baru dalam psikiatri modern, yaitu pemahaman bahwa setiap pikiran, emosi, dan kebiasaan memiliki dasar biologis yang bisa dipelajari dan diatur dengan teknologi, bukan dengan keputusasaan.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Afida Rafi

Sumber: Instagram, Frontiers, NIMH, Journal of Neurology and Stroke

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Terpopuler

X