Akibatnya, penderitanya bisa tiba-tiba pingsan atau bahkan mengalami serangan jantung mendadak.
Nama sindrom ini diambil dari nama dua dokter Spanyol yang pertama kali mengidentifikasinya pada tahun 1992.
Dalam penelitian lebih lanjut, mereka menemukan bahwa sindrom ini bertanggung jawab atas sekitar 4% dari kasus kematian jantung mendadak, khususnya yang terjadi saat tidur.
Di Indonesia, penyakit ini masih tergolong jarang, dengan prevalensi sekitar 3 hingga 5 dari 10.000 orang.
Sindrom Brugada sering kali tidak menimbulkan gejala yang signifikan. Lebih dari 70% orang yang mengidapnya hidup tanpa keluhan berarti.
Namun, bagi sebagian orang, gejalanya bisa berupa pusing, pingsan, palpitasi atau jantung berdebar, hingga kesulitan bernapas.
Dalam kasus yang lebih parah, sindrom ini dapat menyebabkan henti jantung yang mematikan.
Sering kali, sindrom ini tidak terdeteksi karena sebagian besar penderita tidak mengetahui bahwa mereka memiliki kelainan genetik ini.
Namun, ada beberapa pemicu yang dapat memperburuk gejala Sindrom Brugada, seperti kelelahan akibat panas, dehidrasi, penggunaan obat-obatan tertentu seperti penghambat saluran natrium, serta konsumsi alkohol atau narkoba seperti kokain dan ganja.
Baca Juga: Bahaya Penggunaan Ganja untuk Kesehatan Bisa Turunkan Tingkat Kesuburan Pria
Oleh karena itu, penting bagi individu dengan riwayat keluarga terkait kelainan jantung ini untuk menjalani tes genetik guna mendeteksi potensi risiko.
Untuk menangani kondisi ini, beberapa metode pengobatan yang umum diterapkan adalah pemberian obat seperti Isoproterenol atau Kuinidin yang dapat membantu mengatur irama jantung.
Dalam kasus yang lebih serius, pemasangan alat defibrillator kardioverter implan (ICD) mungkin diperlukan untuk mencegah serangan jantung yang lebih lanjut.
Prosedur ablasi juga bisa dilakukan untuk menghilangkan bagian jaringan jantung yang memicu ritme jantung tidak normal.
Meski berbahaya, banyak penderita Sindrom Brugada dapat menjalani kehidupan normal dengan manajemen yang tepat.
Artikel Terkait
Kabar Duka: Dokter Sekaligus Influencer Helmiyadi Kuswardhana Meninggal Karena Henti Jantung
Angina Pectoris: Sering Disebut Sebagai Angin Duduk, Padahal Termasuk Dalam Penyakit Jantung
Kabar Duka: Ekonom Senior Indonesia, Faisal Basri, Meninggal Dunia Diduga Akibat Serangan Jantung
Kronologi Tabrakan Maut Karena Supir Tangki Kena Serangan Jantung
Harus Waspada: Ini Dia Perbedaan Serangan Jantung Pada Pria dan Wanita!