• Senin, 22 Desember 2025

Science Membuktikan Bahwa Doa Mengubah Otak: Bukan Hanya Soal Iman

Photo Author
- Rabu, 18 Juni 2025 | 20:33 WIB
Doa mengubah otak
Doa mengubah otak

SURATDOKTER.com - Selama berabad-abad, doa sering dipandang sebagai praktik spiritual yang tak kasatmata. Ia diyakini sebagai jembatan antara manusia dan sesuatu yang lebih tinggi.

Namun kini, dunia ilmu pengetahuan mulai menaruh perhatian pada satu pertanyaan menarik: apakah doa benar-benar berdampak pada otak manusia?

Ternyata, jawabannya mengejutkan. Penelitian demi penelitian menunjukkan bahwa doa bukan hanya aktivitas keagamaan, melainkan juga fenomena biologis yang nyata.

Aktivitas ini mampu mengubah cara kerja otak dan bahkan berpengaruh pada kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Baca Juga: Memulihkan Luka Tak Kasat Mata: Edukasi Kesehatan Mental Anak Pasca Trauma

Doa dan Otak: Apa yang Terjadi di Dalamnya?

Ketika seseorang berdoa secara rutin, bagian otak yang disebut prefrontal cortex, yaitu pusat pengambilan keputusan dan kesadaran diri, menunjukkan peningkatan aktivitas. Ini artinya, saat berdoa, seseorang menjadi lebih terfokus, penuh perhatian, dan sadar akan keberadaan dirinya.

Selain itu, wilayah lain seperti anterior cingulate cortex yang berperan dalam mengatur emosi dan empati, juga ikut terstimulasi.

Aktivitas di area ini membantu menenangkan pikiran dan menurunkan tingkat stres. Di sisi lain, bagian otak yang biasanya berhubungan dengan rasa takut atau kecemasan, yaitu amigdala, justru menjadi lebih tenang.

Singkatnya, doa secara teratur dapat membantu seseorang merasa lebih damai, lebih fokus, dan lebih terkendali secara emosional.

Gelombang Otak Berubah Saat Doa

Studi pencitraan otak (neuroimaging) menunjukkan bahwa saat seseorang berdoa dengan penuh konsentrasi, gelombang otaknya berubah menjadi pola yang mirip dengan kondisi meditasi dalam.

Gelombang ini disebut dengan alpha dan theta wave, yaitu pola gelombang yang biasanya muncul saat seseorang dalam keadaan rileks, penuh refleksi, atau menjelang tidur.

Gelombang ini berkaitan erat dengan peningkatan kreativitas, ketenangan batin, serta kemampuan tubuh untuk memperbaiki diri secara alami. Jadi, bisa dibilang, doa membuka pintu bagi sistem saraf untuk memasuki mode "pemulihan" atau self-healing.

Baca Juga: Judul: Saat Dewasa Tapi Belum “Dewasa”: Mengenal Kedewasaan Emosional yang Tertunda

Pengaruh pada Sistem Kekebalan dan Hormon

Tidak hanya berdampak pada pikiran, doa juga berdampak pada tubuh secara fisik. Saat berdoa secara mendalam, tubuh cenderung menurunkan produksi hormon stres seperti kortisol. Sebaliknya, hormon-hormon “bahagia” seperti serotonin dan dopamin mengalami peningkatan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tia mardwi

Sumber: Instagram, NIH

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Terpopuler

X