SURATDOKTER.com - Selama berabad-abad, doa sering dipandang sebagai praktik spiritual yang tak kasatmata. Ia diyakini sebagai jembatan antara manusia dan sesuatu yang lebih tinggi.
Namun kini, dunia ilmu pengetahuan mulai menaruh perhatian pada satu pertanyaan menarik: apakah doa benar-benar berdampak pada otak manusia?
Ternyata, jawabannya mengejutkan. Penelitian demi penelitian menunjukkan bahwa doa bukan hanya aktivitas keagamaan, melainkan juga fenomena biologis yang nyata.
Aktivitas ini mampu mengubah cara kerja otak dan bahkan berpengaruh pada kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Baca Juga: Memulihkan Luka Tak Kasat Mata: Edukasi Kesehatan Mental Anak Pasca Trauma
Doa dan Otak: Apa yang Terjadi di Dalamnya?
Ketika seseorang berdoa secara rutin, bagian otak yang disebut prefrontal cortex, yaitu pusat pengambilan keputusan dan kesadaran diri, menunjukkan peningkatan aktivitas. Ini artinya, saat berdoa, seseorang menjadi lebih terfokus, penuh perhatian, dan sadar akan keberadaan dirinya.
Selain itu, wilayah lain seperti anterior cingulate cortex yang berperan dalam mengatur emosi dan empati, juga ikut terstimulasi.
Aktivitas di area ini membantu menenangkan pikiran dan menurunkan tingkat stres. Di sisi lain, bagian otak yang biasanya berhubungan dengan rasa takut atau kecemasan, yaitu amigdala, justru menjadi lebih tenang.
Singkatnya, doa secara teratur dapat membantu seseorang merasa lebih damai, lebih fokus, dan lebih terkendali secara emosional.
Gelombang Otak Berubah Saat Doa
Studi pencitraan otak (neuroimaging) menunjukkan bahwa saat seseorang berdoa dengan penuh konsentrasi, gelombang otaknya berubah menjadi pola yang mirip dengan kondisi meditasi dalam.
Gelombang ini disebut dengan alpha dan theta wave, yaitu pola gelombang yang biasanya muncul saat seseorang dalam keadaan rileks, penuh refleksi, atau menjelang tidur.
Gelombang ini berkaitan erat dengan peningkatan kreativitas, ketenangan batin, serta kemampuan tubuh untuk memperbaiki diri secara alami. Jadi, bisa dibilang, doa membuka pintu bagi sistem saraf untuk memasuki mode "pemulihan" atau self-healing.
Baca Juga: Judul: Saat Dewasa Tapi Belum “Dewasa”: Mengenal Kedewasaan Emosional yang Tertunda
Pengaruh pada Sistem Kekebalan dan Hormon
Tidak hanya berdampak pada pikiran, doa juga berdampak pada tubuh secara fisik. Saat berdoa secara mendalam, tubuh cenderung menurunkan produksi hormon stres seperti kortisol. Sebaliknya, hormon-hormon “bahagia” seperti serotonin dan dopamin mengalami peningkatan.
Artikel Terkait
Studi Mengungkapkan Bahwa Berbicara Dengan Orang Toksik Bisa Menguras Tenaga
Studi Terbaru Mengatakan Bahwa Manusia Bukanlah Berasal Dari Sperma Juara, Namun Sperma yang Dipilih Oleh Telur Wanita
Studi : Anak yang Kerap Dimarahi dan Dipukul Orang Tua Berisiko Alami Penyusutan Volume Otak serta Gangguan Cemas dan Depresi
Studi Terbaru Mengungkapkan Bahwa Berpelukan Atau Perasaan Dicintai Bisa Mengubah Gen Bahkan Menghentikan Proses Peradangan
Studi Mengungkapkan Bahwa Marahnya Ayah Akan Lebih Diingat Daripada Ibu, Walaupun Marahnya Ayah Lebih Jarang