SURATDOKTER.com - Gorengan sudah menjadi teman setia masyarakat Indonesia dari waktu ke waktu. Rasanya gurih, renyah, dan harganya bersahabat. Tidak heran jika tempe mendoan, bakwan, atau tahu isi selalu ludes dalam hitungan menit saat disajikan.
Namun, di balik kenikmatan itu, tersimpan fakta yang cukup mengejutkan: konsumsi gorengan secara berlebihan ternyata bisa berdampak pada kondisi mental, terutama memicu stres, kecemasan, bahkan depresi.
Baca Juga: Warga Republik Indonesia Kecanduan Gorengan: Resiko Berpenyakit Hingga Kematian
Gorengan dan Kesehatan Mental: Apa Hubungannya?
Sebuah penelitian dari Zhejiang University di China menemukan adanya kaitan antara seringnya mengonsumsi makanan yang digoreng dengan meningkatnya risiko gangguan suasana hati.
Penelitian ini dilakukan terhadap lebih dari 140.000 orang di Inggris melalui survei yang menelusuri pola makan mereka, lalu diteliti ulang sebelas tahun kemudian untuk melihat dampaknya terhadap kondisi psikologis mereka.
Hasilnya menunjukkan bahwa orang-orang yang lebih sering makan makanan digoreng memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami kecemasan dan gejala depresi dibandingkan mereka yang jarang menyantap jenis makanan tersebut.
Hal tersebut diduga karena adanya zat kimia bernama akrilamida, yang terbentuk ketika makanan yang mengandung tepung seperti kentang digoreng pada suhu tinggi. Senyawa ini diduga dapat memicu peradangan dalam sistem saraf pusat.
Dampak Gorengan bagi Tubuh dan Pikiran
Tak hanya soal akrilamida, gorengan juga menyimpan banyak lemak jenuh dan kalori tinggi. Lemak trans yang kerap terkandung dalam minyak goreng bekas pakai dapat memicu ketidakseimbangan hormon dan memengaruhi stabilitas emosi.
Orang yang terlalu banyak makan gorengan bisa merasakan mudah lelah, lesu, atau bahkan tiba-tiba murung tanpa sebab yang jelas.
Selain itu, kandungan glukosa tinggi pada makanan bertepung seperti tepung terigu bisa menyebabkan fluktuasi kadar gula darah, yang akhirnya berdampak pada suasana hati dan tingkat energi. Tak jarang, perasaan gelisah, marah, atau tidak fokus muncul setelah mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat olahan secara berlebihan.
Penelitian juga mencatat bahwa pria muda di bawah usia 60 tahun merupakan kelompok yang paling sering mengonsumsi gorengan dan lebih rentan terhadap efek psikologis negatifnya. Hal ini bisa disebabkan oleh gaya hidup praktis, pola makan sembarangan, dan tingkat stres harian yang cukup tinggi.
Risiko Fisik yang Tak Kalah Serius
Artikel Terkait
4 Bahaya Makan Gorengan saat Berbuka Puasa dari Penyakit Jantung Hingga Diabetes Tipe dua
Benarkah Kebiasaan Makan Gorengan di Malam Hari Berdampak Buruk Bagi Kesehatan?
Suka Makan Gorengan saat Buka Puasa? Kenali Apa saja Dampak Buruknya
Dampak Buruk Berlebihan Konsumsi Gorengan Ketika Berbuka Puasa, Apa Saja? Berikut Penjelasannya!
Warga Republik Indonesia Kecanduan Gorengan: Resiko Berpenyakit Hingga Kematian