psikologi

Fenomena Rojali & Rohana: Antara Mall Sepi, Gaya Hidup Digital, dan Dampaknya pada Kesehatan Mental

Senin, 18 Agustus 2025 | 11:49 WIB
Merebaknya fenomena rojali dan rohana

Secara psikologis, belanja tidak hanya soal mendapatkan barang, tetapi juga memberi kepuasan emosional.

Fenomena Rojali dan Rohana dapat dipahami sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan sosial dan rasa ingin tahu, meskipun tanpa transaksi nyata. Melihat-lihat produk atau berbincang dengan penjual bisa memberikan sensasi tersendiri, mirip seperti “window shopping” yang sering dilakukan di negara lain.

Namun, pergeseran ke belanja online juga membawa dampak pada kesehatan mental. Seseorang bisa merasa lebih praktis dan puas karena belanja cepat, tetapi di sisi lain kehilangan pengalaman menyenangkan yang muncul dari interaksi sosial langsung.

Bagi sebagian orang, berkurangnya kesempatan bersosialisasi di tempat umum dapat memicu rasa kesepian atau berkurangnya keterampilan komunikasi.

Dampak pada Kesehatan: Fisik dan Mental

Jika mall semakin jarang dikunjungi, ada potensi penurunan aktivitas fisik masyarakat. Jalan kaki di pusat perbelanjaan sebenarnya bisa menjadi bentuk olahraga ringan yang bermanfaat untuk kesehatan jantung dan metabolisme. Saat kebiasaan ini berkurang, risiko gaya hidup sedentari (kurang gerak) bisa meningkat, yang berujung pada masalah kesehatan seperti obesitas atau diabetes.

Dari sisi mental, interaksi langsung di mall dapat memicu hormon endorfin yang membuat suasana hati lebih baik. Hilangnya momen-momen sederhana seperti bercakap dengan teman sambil berbelanja, mencoba produk baru, atau sekadar melihat keramaian, bisa mengurangi stimulasi positif bagi otak.

Baca Juga: Punya Tunggakan BPJS? Simak Cara Mudah Pembayarannya di Sini, Bisa Lewat E-commerce dan Indomaret

Adaptasi dan Peluang di Era Digital

Fenomena Rojali dan Rohana hanyalah bagian kecil dari dinamika yang lebih besar, yaitu transformasi perilaku konsumen. Pelaku bisnis ritel fisik perlu beradaptasi dengan menghadirkan pengalaman yang tidak bisa digantikan oleh belanja online.

Misalnya, menawarkan event interaktif, area bermain keluarga, atau konsep “experiential shopping” yang mengutamakan kesenangan dan pengalaman langsung.

Bagi masyarakat, penting menjaga keseimbangan antara belanja online dan kunjungan ke pusat perbelanjaan fisik. Selain untuk kesehatan fisik, aktivitas di luar rumah juga membantu menjaga kesehatan mental dan hubungan sosial.

Mall yang sepi bukan berarti daya beli masyarakat menurun. Justru, perilaku konsumen sedang bergeser ke arah digital. Dari kacamata kesehatan, sosiologi, dan psikologi, fenomena ini menuntut keseimbangan antara efisiensi belanja online dan pentingnya menjaga aktivitas fisik serta interaksi sosial langsung.

Dengan kesadaran tersebut, masyarakat bisa tetap memanfaatkan kemudahan teknologi tanpa kehilangan manfaat dari kehidupan sosial di dunia nyata.***

Halaman:

Tags

Terkini

7 Nilai Utama yang Perlu Diajarkan Pada Anak Lelaki

Minggu, 30 November 2025 | 23:31 WIB

7 Nilai Utama yang Perlu Diajarkan pada Anak Perempuan

Minggu, 30 November 2025 | 23:30 WIB

Tips Menghadapi Anak Balita yang Sedang Tantrum

Minggu, 30 November 2025 | 22:51 WIB