Anak perlu tahu bahwa kehidupan mereka masih bisa berjalan normal, walau pernah mengalami hal menyakitkan.
Peran Penting Pendamping Profesional
Meskipun kasih sayang keluarga penting, dalam banyak kasus trauma berat, bantuan dari psikolog anak atau psikiater menjadi bagian penting dari pemulihan.
Terapi bermain, terapi perilaku kognitif, atau konseling secara berkala bisa sangat membantu anak memproses pengalaman buruknya secara sehat. Dengan dukungan profesional, anak diberi ruang untuk mengenali dan menyalurkan emosinya secara tepat.
Namun, pendekatan terapi tidak boleh dipaksakan. Anak harus merasa nyaman, aman, dan dimengerti. Beberapa anak mungkin memerlukan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan hingga mereka siap terbuka sepenuhnya.
Membangun Rasa Diri yang Sehat
Trauma bisa memengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri. Mereka bisa merasa bersalah, malu, atau tidak berharga. Maka penting untuk terus membangun kembali rasa percaya diri dan penghargaan terhadap dirinya sendiri.
Orang dewasa di sekitarnya dapat membantu dengan memberikan pujian yang tulus atas usaha anak, bukan hanya hasil. Memberi ruang bagi anak untuk membuat pilihan juga bisa mengembalikan rasa kontrol yang hilang akibat kekerasan yang mereka alami.
Edukasi untuk Orang Tua dan Masyarakat
Pemahaman masyarakat terhadap kesehatan mental anak masih minim. Banyak yang mengira trauma akan sembuh dengan sendirinya seiring waktu, atau menganggap anak terlalu kecil untuk mengingat kejadian buruk.
Padahal, trauma masa kecil yang tidak ditangani bisa menjadi akar berbagai masalah emosional di masa depan.
Oleh karena itu, edukasi kesehatan mental tidak hanya perlu diberikan kepada tenaga medis atau konselor, tetapi juga kepada orang tua, guru, dan masyarakat luas.
Pengetahuan tentang gejala trauma, cara menangani, serta pentingnya rujukan ke profesional harus menjadi bagian dari kesadaran bersama.
Menjadikan Pemulihan sebagai Proses, Bukan Target