SURATDOKTER.com - Istilah playing victim atau "berperan sebagai korban" mengacu pada perilaku di mana seseorang melebih-lebihkan atau bahkan mengarang sebuah situasi untuk membuat dirinya tampak sebagai korban.
Dalam banyak kasus, perilaku ini dilakukan untuk menarik perhatian, mendapatkan belas kasihan, atau menghindari tanggung jawab.
Orang yang berperan sebagai korban sering kali memanipulasi situasi agar tampak dirugikan, meskipun sebenarnya mereka turut berkontribusi dalam menciptakan permasalahan tersebut.
Baca Juga: Sifat yang Tanpa Kita Sadari Sering Ditemui, Playing Victim dan Manipulatif, Apa Itu?
Mengapa Seseorang Berperan Sebagai Korban?
Ada beberapa alasan di balik perilaku ini. Salah satunya adalah untuk menghindari tanggung jawab.
Dengan berpura-pura menjadi korban, seseorang dapat menyalahkan pihak lain atas kesulitan yang mereka alami. Selain itu, perilaku ini juga sering digunakan untuk mendapatkan empati dari orang lain, karena secara alami, manusia cenderung bersimpati terhadap mereka yang terlihat dirugikan.
Dalam beberapa kasus, perilaku ini juga dapat terjadi sebagai bentuk gaslighting. Ini adalah strategi manipulasi di mana pelaku mencoba membalikkan situasi, membuat orang lain terlihat sebagai pihak yang salah, sementara mereka memposisikan diri sebagai korban.
Perilaku ini sering dilakukan oleh individu yang memiliki empati rendah, cenderung narsistik, atau berusaha mengendalikan narasi dalam hubungan sosial.
Tanda-Tanda Seseorang Berperan Sebagai Korban
Ada beberapa tanda yang dapat menunjukkan seseorang sedang berperan sebagai korban.
Pertama, mereka sering mengeluh tanpa menunjukkan usaha untuk memperbaiki situasi.
Kedua, mereka selalu menggambarkan kesulitan mereka lebih buruk daripada orang lain, bahkan seperti mencoba "mengungguli" penderitaan orang lain.
Ketiga, mereka kerap menganggap dunia seolah-olah menentang mereka dan menyalahkan pihak luar atas semua permasalahan yang terjadi.
Baca Juga: Psikologi Sederhana: Mengenal 10 Teknik yang Dipakai Oleh Narsistik
Selain itu, mereka cenderung tidak mau bertanggung jawab atas kesalahan atau perannya dalam suatu situasi. Akibatnya, mereka lebih memilih menyalahkan orang lain dan terus-menerus memupuk rasa kasihan terhadap diri sendiri.