SURATDOKTER.com – Dopamine detox adalah cara untuk mengkontrol hormon dopamine dalam tubuh yang diakibatkan karena perilaku tertentu.
Dopamine detox dinilai dapat membatasi diri dari aktivitas adiktif seperti kecanduan gadget, narkoba, aktivitas belanja yang impulsif, hingga kecanduan film pornografi.
Namun, masih terdapat pro dan kontra terhadap dopamine detox. Lalu apakah upaya tersebut efektif dalam mengurangi kecanduan terhadap sesuatu?
Dopamine Detox
Dopamine detox atau detoksifikasi dopamin merupakan terapi perilaku kognitif atau Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yang dikembangkan oleh Dr. Cameron Sepah.
Psikiater yang berasal dari California tersebut menciptakan terapi dopamine detox untuk membantu seseorang dalam mengelola perilaku yang adiktif.
Dr. Cameron Sepah meyakini bahwa pengendalian aktivitas adiktif dapat membantu seseorang menyadari perilaku impulsif dan dapat berpikir lebih fleksibel.
Baca Juga: Bukan Hanya Digunakan Pada Ketiak, Ini Manfaat Tawas untuk Kecantikan Lengkap dengan Cara Memakainya
Tidak seperti namanya, dopamine detox bukan berarti menghilangkan atau menurunkan kadar dopamin dalam otak seseorang. Dr. Cameron Sepah justru mengatakan bahwa untuk tidak mengartikan dopamine detox secara harfiah.
Detoksifikasi dopamin merupakan sebuah metodologi terapeutik yang mengidentifikasi pola berpikir atau perilaku seseorang yang berlebihan dan tidak bermanfaat.
Terapi ini mendorong seseorang untuk menyadari perilaku atau kebiasaan yang positif maupun negatif. Kemudian seseorang akan diajarkan untuk dapat membangun kebiasaan baru yang menghasilkan respon yang lebih sehat.
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2021 menyatakan bahwa teknik berbasis CBT ini mampu mendorong gaya hidup yang lebih sehat dan dapat mengurangi perilaku impulsif.
Namun teknik ini harus dilakukan dengan pengawasan professional. Apabila disalahgunakan hal ini dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental seseorang.
Fungsi dan Manfaat Dopamine Detox
Dopamin dikenal sebagai hormon yang dapat menghasilkan sensasi bahagia. Hipotalamus akan memproduksi hormon tersebut ketika melakukan aktivitas tertentu.
Namun, jika tubuh terlalu banyak menghasilkan dopamin dari berbagai aktivitas, maka tubuh akan membutuhkan lebih banyak dopamin untuk menciptakan perasaan senang tersebut. Alhasil seseorang akan mulai kecanduan akan aktivitas yang dilakukannya tersebut.