SURATDOKTER.com - Kemajuan teknologi memang membawa banyak manfaat, tetapi juga menyimpan risiko yang tidak bisa diabaikan.
Salah satu isu yang kini banyak disorot para ahli adalah dampak penggunaan ponsel pintar pada anak-anak.
Studi terbaru memperingatkan bahwa memberikan akses ponsel pintar sebelum usia 13 tahun dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental yang bertahan hingga dewasa.
Baca Juga: Warga Republik Indonesia Kecanduan Gorengan: Resiko Berpenyakit Hingga Kematian
Usia Kritis Perkembangan Otak Anak
Masa kanak-kanak hingga awal remaja adalah periode penting bagi perkembangan otak. Di usia ini, otak sedang membangun koneksi saraf yang memengaruhi kemampuan belajar, emosi, dan perilaku sosial.
Para ahli menilai, paparan berlebihan terhadap layar ponsel pada usia ini bisa mengganggu proses alami tersebut.
Penggunaan ponsel sejak dini sering dikaitkan dengan menurunnya kualitas tidur, kurangnya interaksi sosial tatap muka, serta meningkatnya risiko kecanduan digital.
Semua faktor ini berperan dalam munculnya gangguan psikologis seperti kecemasan dan depresi.
Dampak Jangka Panjang pada Kesehatan Mental
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang terbiasa menggunakan ponsel pintar sejak dini cenderung lebih sulit mengendalikan emosi ketika remaja dan dewasa.
Hal ini disebabkan oleh tingginya paparan media sosial, game online, dan notifikasi yang memicu stres berulang.
Baca Juga: Seseorang Bermain Judi Online Karena Bosan: Apa Penyebab Lain yang Bisa Membuat Kecanduan?
Selain itu, terlalu dini terpapar media digital meningkatkan risiko gangguan harga diri. Anak sering membandingkan diri dengan orang lain di media sosial, yang dapat menimbulkan rasa minder, kecemasan sosial, bahkan pikiran negatif mengenai diri sendiri.
Gangguan konsentrasi juga sering dilaporkan. Anak yang terbiasa berpindah dari satu aplikasi ke aplikasi lain kehilangan kemampuan fokus dalam jangka panjang, yang berdampak pada prestasi akademik maupun interaksi sehari-hari.
Mengapa Batas Usia 13 Tahun Disarankan?
Usia 13 tahun dianggap sebagai titik di mana anak mulai memiliki kemampuan kognitif dan emosional yang lebih stabil.
Artikel Terkait
Literasi Digital Sejak Dini: Cara Efektif Lindungi Anak dari Dampak Negatif Game Online
Ketika Situasi Tidak Kondusif: Cara Bijak Orang Tua Menenangkan Anak di Tengah Kondisi Rusuh
Ketakutan Kehilangan Pekerjaan karena AI: Alarm Bagi Kesehatan Mental Pekerja Indonesia
Labubu dan Fenomena Treatonomics, Kemewahan Kecil Pereda Pilu Gen Z di Tengah Krisis Ekonomi
Fenomena Ketawa Karier: Humor sebagai Strategi Bangun Tim yang Lebih Solid