SURATDOKTER.com - Perselingkuhan sering kali menjadi perbincangan hangat di berbagai media sosial, terutama ketika melibatkan publik figur maupun orang biasa.
Kasus perselingkuhan yang terjadi secara beruntun membuat seolah-olah tindakan ini seperti sebuah penyakit yang dapat menular.
Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa perselingkuhan memang bisa menyebar dari satu individu ke individu lainnya, terutama melalui pengaruh lingkungan sosial.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Reichman University pada tahun 2022 meneliti fenomena ini. Penelitian tersebut melibatkan sejumlah partisipan untuk mengeksplorasi bagaimana pengaruh kasus perselingkuhan terhadap individu yang sebelumnya tidak pernah terlibat dalam perselingkuhan.
Baca Juga: Tragis: Wanita Malaysia Ini Rawat Suami Lumpuh Selama 6 Tahun, Setelah Sembuh Malah Dicerai!
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa mereka yang mengetahui kasus perselingkuhan cenderung menjadi kurang berkomitmen terhadap pasangannya.
Selain itu, mereka juga lebih mudah tertarik pada orang lain di luar hubungan mereka, sehingga godaan untuk berselingkuh menjadi semakin sulit dihindari.
Bagaimana Perselingkuhan Bisa Menular?
Lingkungan sosial memainkan peran penting dalam membentuk perilaku seseorang, termasuk dalam konteks perselingkuhan.
Psikolog Gurit Birnbaum, seperti dilansir dari Psychology Today, menjelaskan bahwa bahkan individu yang awalnya setia bisa saja terpengaruh untuk melakukan perselingkuhan jika lingkungannya mendukung perilaku tersebut.
Ketika seseorang berada di sekitar teman atau kenalan yang kerap menduakan pasangannya, hal ini dapat memberikan persepsi bahwa tindakan tersebut adalah sesuatu yang wajar.
Baca Juga: Miris IRT Lita Gizelle Kena KDRT di Tempat Umum: Melapor Pada Polisi Namun Malah Jadi Terlapor
Fenomena ini dijelaskan dengan tiga mekanisme utama, yaitu modeling, justifikasi, dan rasionalisasi.
Pertama, modeling adalah proses di mana individu belajar dari perilaku orang lain di sekitarnya. Otak manusia cenderung menyerap dan menyimpan referensi dari perilaku orang lain. Jika seorang teman sering melakukan perselingkuhan, otak mungkin akan menyimpan perilaku tersebut sebagai suatu hal yang bisa ditiru.
Kedua, justifikasi. Jika seseorang melihat bahwa pelaku perselingkuhan tidak mendapatkan konsekuensi yang berarti, otaknya mungkin akan menganggap bahwa tindakan tersebut bukanlah sebuah kesalahan. Ini bisa membuat perselingkuhan terlihat sebagai alternatif untuk mencari kesenangan di luar hubungan yang ada.
Artikel Terkait
Benarkah Generasi Millenial Rawan Selingkuh?
Dampak Selingkuh Bagi Kesehatan Mental, Penyakit atau Kebiasaan Buruk?
Heboh di TikTok, Pacar Ansellma Selingkuh. Benarkah Personal Branding dapat Menutupi Kesalahan Seseorang? Simak Penjelasannya
Viral Seorang Istri Gerebek Suami Selingkuh di Rumah Pelakor, Masih Sabar Meski Berulangkali Diselingkuhi, Berikut 5 Alasan Mempertahankan Pernikahan
Benarkah 40 Persen Pasangan Pernah Selingkuh, Berikut Penyebab dan Cara Mencegahnya