Makanan Manis dapat Mengurangi Stres, Mitos atau Fakta, Berikut Ulasan Hormon bahagia

SURATDOKTER.com - Makanan manis cukup banyak disukai oleh orang, mengapa tidak, karena mengundang terus menikmatinya hingga habis.

Rasa senang saat mengunyahnya timbul anggapan bahwa konsumsi makanan manis dapat mengurangi stres.

Apakah anggapan tersebut sekadar mitos atau fakta sesuai penjelasan ilmiah? Berikut akan diulas tuntas.

Baca Juga: 10 Tips Ampuh Mengatasi Kecanduan Makanan Manis pada Anak-anak

Kandungan dalam Makanan Manis

Bagaimana sampai ada anggapan bahwa makanan manis dapat mengurangi stress, lelah, dan cemas?

Dalam jurnal Scientific American Tahun 2019, Achim Peters menjelaskan bahwa otak manusia hanya menyumbang 2 persen dari berat badan.

Meskipun begitu, otak tetap mengkonsumsi setengah dari kebutuhan karbohidrat harian dan glukosa merupakan bahan bakar yang berperan penting dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

Pada kondisi stress dan tubuh tidak menerima asupan makanan apapun, maka glukosa yang ada di dalam tubuh berpotensi digunakan untuk otak yang akan ditujukan sebagai penggunaan sel lemak dan otot.

Hal itu akan membuat tubuh memproduksi hormon stress lebih banyak sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman.

Alternatifnya, otak akan menghemat kinerja fungsi yang kemudian mengurangi konsentrasi karenanya.

Tubuh memerlukan ada yang menekan hipotalamus hipofisis adrenal (HPA) di otak sebagai kontrol respons terhadap stress.

Baca Juga: Manfaat Black Garlic si Hitam Manis Penjaga Kesehatan Otak dan Tubuh

Hormon Bahagia

Selain itu, seseorang yang mengalami stress akan meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, atau depresi dalam jangka panjang.

Untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat pada otak, khususnya glukosa, maka seseorang dapat mengkonsumsi sumber karbohidrat yang mengandung glukosa.