Untuk mencegah hal yang sama terjadi, mereka membentengi perasaan dan melindungi diri agar tidak disakiti lagi.
Tidak jarang mereka akan memutuskan hubungan, mematikan, melepaskan perasaan terkait situasi menyakitkan tersebut.
Setelah melakukan hal itu, mereka akan merasakan kelegaan sementara untuk dapat melanjutkan hidup.
Baca Juga: 4 Cara Mendukung Rekan Kerja Penyandang Disabilitas, Ini Sikap Bijak yang Bisa Dilakukan!
Namun, lambat laun perisai pelindung ini hanya akan menghalangi hubungan dengan orang lain yang nantinya memiliki efek positif dan negatif.
Lebih ringkasnya, penyebab seseorang mengalami mati rasa dapat terjadi karena sebagai berikut:
- Duka dalam menghadapi kematian
- Mengalami tingkat depresi dan suasana hati yang tidak beraturan menghasilkan kecenderungan yang lebih besar untuk mati rasa secara emosional
- Orang yang mengalami BPD (Borderline Personality Disorder) akan mudah melepaskan emosi hingga berakhir mati rasa
- Seseorang dengan gangguan kecemasan akan memberikan respon emosional terhadap tingkat stress dan kekhawatiran yang tinggi, lalu untuk menghalangi hal ini lebih lanjut mereka mulai dengan cara mati rasa
- Pernah mengalami gangguan stress pasca trauma, misalnya seperti mengalami pelecehan hingga trauma dan berakhir stress
- Pernah mengalami pelecehan saat masih anak-anak lebih mungkin mengalami mati rasa hingga beranjak dewasa
- Stress luar biasa karena masalah percintaan, persahabatan, dan keluarga.
Baca Juga: Dampak Positif Puasa Untuk Meredakan Stres, Bagaimana Prosesnya?
Dampak
Mati rasa sering dikaitkan dengan cara mempertahankan diri dari luar. Dan bila seseorang mengalami mati rasa atau emosional numbness, ia bisa mengurangi rasa sakit dan kecewa yang dialami.
Dengan menerapkan konsep tersebut, mereka cenderung merasa aman dan lega. Tapi, dalam jangka waktu panjang ini masih dijadikan cara membentengi perasaan.
Maka, kebiasaan ini akan dengan mudah menghalangi pribadi memahami emosi diri sendiri. Mereka bahkan akan terisolasi dari lingkungan sosial.
Dianggap kaku, tak berperasaan dan bahkan ada beberapa kasus yang mengatakan mereka psychopath. Padahal, nyatanya orang yang emosional numbness hanya berusaha agar diri mereka tidak disakiti lebih jauh.
Cara mengatasi
Selain berkonsultasi dengan psikolog dan dokter, memodifikasi gaya hidup juga diperlukan agar mati rasa tidak dapat terjadi.
Meskipun kemungkinan ada percobaan dan beberapa kesalahan, tetap saja dalam keberhasilan gaya hidup adalah untuk menghasilkan yang terbaik. Berikut hal yang dapat kamu lakukan untuk mencegah atau mengatasi perasaan mati rasa:
- Rajin berolahraga akan mencegah stress, selain itu hal ini juga bermanfaat bagi kesehatan tubuh
- Memiliki dukungan dari keluarga dan sahabat akan memberikan rasa aman pada diri
- Istirahat yang cukup, tidak berlebihan apalagi kurang. Selain mencegah mati rasa, tidur cukup juga mengurangi resiko PTSD, trauma, dan depresi lain
- Meminimalisir tingkat stress sangat penting dalam pencegahan mati rasa
Setelah membaca dan memahami mengenai mati rasa, semoga kamu tidak mengalami hal yang serupa. Percaya pada lingkungan internal sangat diperlukan, namun jika kamu kehilangan kepercayaan tersebut tetaplah yakin akan ada hari dimana kamu mencapai bahagia.
Artikel Terkait
FOMO: Emosi Gen Z yang Membuat Depresi? Ini Dia 4 Tips Mengatasi FOMO!
Sociopath, si Manipulatif Tak Berempati yang Merupakan Tanda-tanda Gangguan Kepribadian Sosial
Mengenal Conscientiousness, Salah Satu Tipe Kepribadian Dalam Teori Big Five Personality