SURATDOKTER.com - Apa itu stockholm syndrome muncul di pencarian google sebab di media sosial sedang ramai diperbincangkan menyusul upaya gencatan senjata pada 24 November lalu antara Israel dan Palestina yang membuat mereka saling membebaskan tawanan.
Pada berbagai foto dan video yang beredar, para tawanan Hamas yang sebagian besar merupakan warga Israel terlihat menunjukkan gestur bahagia.
Para tawanan tersebut tersenyum, melambaikan tangan, hingga berfoto dengan tentara Hamas. Kondisi tersebut membuat warganet berpikir mereka mengalami stockholm syndrome.
Apa Itu Stockholm Syndrome?
Stockholm syndrome merupakan bentuk mekanisme koping yang umumnya dialami oleh korban dari peristiwa traumatis di mana korban tersebut mengembangkan ikatan emosional dengan pelaku dari waktu ke waktu.
Hal ini berarti korban mengalami peristiwa tersebut dalam waktu yang relatif tidak sebentar, biasanya terjadi dalam beberapa hari dan membuat perasaan positif korban terhadap pelaku semakin lama semakin kuat.
Peristiwa traumatis yang dapat menimbulkan stockholm syndrome di antaranya penculikan/penyanderaan, pelecehan, atau penganiayaan. Dapat dilihat pada jenis peristiwa tersebut terdapat interaksi atau kontak yang intens antara pelaku dan korban.
Kuatnya ikatan emosional yang terbentuk membuat korban bersimpati terhadap pelaku. Bahkan pada beberapa kasus penculikan, korban menolak untuk kabur meskipun ada kesempatan.
Pada titik tertentu, korban yang berhasil bebas justru mencegah pelaku menerima konsekuensi atas perbuatannya, misalnya dengan berpihak pada pelaku di persidangan.
Stockholm syndrome bukanlah sebuah gangguan mental, melainkan pola perilaku yang ditunjukkan seseorang sebagai upaya mengatasi peristiwa traumatis yang dialaminya.
Pengidap stockholm syndrome memiliki gejala yang mirip dengan gejala gangguan stres akut atau Post Traumatic Syndrome Disorder (PTSD) meskipun terdapat beberapa gejala tambahan yang membedakannya.
Gejala tersebut antara lain:
- Mudah terkejut
- Tidak mudah percaya
- Perasaan-perasaan tidak nyata
- Flashback
- Tidak menikmati pengalaman menyenangkan
- Mudah marah
- Mimpi buruk
- Sulit konsentrasi
Sementara itu, gejala lain yang membedakannya antara lain:
- Sulit terlibat dalam upaya pembebasan dirinya
- Perasaan negatif terhadap keluarga, teman, atau orang-orang yang ingin menyelamatkannya
- Perasaan positif terhadap penculik/pelaku
- Mendukung perilaku penculik/pelaku termasuk alasan dibalik kejahatannya.
Alasan Seseorang Mengalami Stockholm Syndrome
Hingga saat ini belum diketahui alasan sebagian orang mengalami stockholm syndrome sedangkan sebagian lainnya tidak bahkan dalam situasi traumatis yang serupa.
Dari sudut pandang evolusioner, sindrom ini dapat dikaitkan dengan peradaban nenek moyang di masa berburu dan mengumpulkan makanan.
Artikel Terkait
Krisis Pembalut dan Air, Wanita di Palestina Terpaksa Minum Obat Penunda Menstruasi
Pengaruh Bullying Terhadap Kesehatan Mental Remaja, Semua Pihak Harus Waspada!
Kenali Burnout! Kondisi Lelah Mental yang Tidak Boleh Disepelekan
Spesifikasi Kapal Rumah Sakit TNI KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat-992 yang Siap Dikirim ke Palestina
Dampak Judi pada Mental Seseorang, Bagaimana Cara Mengatasinya?
Fenomena Cegil di Indonesia: Ketika Bentuk Gangguan Mental Dianggap Wajar