SURATDOKTER.com - Pernahkah merasakan perut tidak nyaman saat sedang cemas atau stres?
Hubungan antara otak dan sistem pencernaan ternyata sangat erat. Sistem saraf dan sistem pencernaan saling berkomunikasi untuk mengatur berbagai fungsi tubuh, termasuk proses pencernaan.
Namun, ketika stres berlebihan, komunikasi ini bisa terganggu dan menyebabkan masalah seperti sakit perut, sembelit, atau diare.
Pengaruh Stres pada Sistem Pencernaan
Pikiran dan emosi yang muncul akibat stres dapat berdampak langsung pada lambung dan usus. Sebaliknya, gangguan pada saluran pencernaan juga dapat menyebabkan stres yang berkepanjangan.
Sembelit kronis, diare, serta gangguan pencernaan lainnya bisa memperburuk kecemasan dan menciptakan lingkaran setan antara stres dan masalah pencernaan.
Baca Juga: Sering Merasa Cemas dan Stres? Berikut 5 Langkah Mudah untuk Mengatasinya!
Sistem saraf otonom mengendalikan sebagian besar fungsi tubuh tanpa disadari, termasuk pencernaan.
Sistem ini terdiri dari dua bagian utama: sistem saraf simpatik yang bertanggung jawab dalam situasi darurat atau stres, dan sistem saraf parasimpatik yang membantu tubuh rileks serta mendukung proses pencernaan.
Di dalam saluran pencernaan, terdapat sistem saraf enterik yang berperan besar dalam mengatur pergerakan usus. Sistem ini bahkan sering disebut sebagai "otak kedua" karena memiliki jaringan neuron yang luas dan mampu berkomunikasi dengan otak menggunakan neurotransmitter seperti serotonin.
Sebagian besar serotonin dalam tubuh diproduksi di usus dan berfungsi untuk mengatur kontraksi otot-otot pencernaan.
Ketika stres meningkat, otak merangsang pelepasan hormon seperti kortisol, adrenalin, dan serotonin dalam jumlah besar.
Akibatnya, terjadi kejang otot pada usus yang bisa menyebabkan diare jika menyebar ke seluruh bagian usus, atau sembelit jika hanya terjadi di satu area tertentu.
Gangguan Pencernaan yang Dipicu oleh Stres