Awalnya, kasus ini dianggap disebabkan oleh virus DENV-4 dalam bentuk silvatik (siklus hutan), yang umum ditemukan pada primata dan nyamuk Aedes di hutan Asia Tenggara. Namun, penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa virus tersebut merupakan serotipe baru yang berbeda.
DENV-5 diyakini muncul sebagai hasil dari perubahan genetik yang dipicu oleh berbagai faktor. Virus dengue, seperti halnya virus RNA lainnya, memiliki tingkat mutasi yang sangat tinggi.
Rekombinasi genetik, seleksi alam, dan tekanan populasi virus berkontribusi pada keragaman genetik ini. Meskipun hingga kini DENV-5 hanya terlibat dalam satu wabah kecil, potensi penyebarannya ke wilayah lain tetap ada, mengingat sifat virus yang mudah beradaptasi.
Dampaknya pada Pengendalian DBD
Kemunculan DENV-5 menambah tantangan dalam pengendalian DBD. Dengan adanya lima serotipe virus, risiko infeksi ulang bagi individu yang sudah pernah terinfeksi menjadi semakin besar.
Bahkan, seseorang dapat terkena DBD hingga lima kali sepanjang hidupnya. Hal ini membuat pengendalian DBD semakin kompleks, terutama di daerah yang memiliki tingkat endemisitas tinggi.
Sebagai penyakit yang dulunya lebih sering ditemukan di perkotaan, DBD kini telah menyebar hingga ke pedesaan dan negara-negara yang sebelumnya tidak terjangkit.
Kombinasi dari meningkatnya aktivitas manusia, perubahan iklim, dan urbanisasi memperluas wilayah penyebaran nyamuk pembawa virus ini.
Baca Juga: Kasus Demam Berdarah Dengue Mencapai Dua Kali Lipat di Tahun Ini, Apa Saja Yang Perlu diwaspadai?
Kesadaran dan Langkah Selanjutnya
Memahami bahwa ada lima serotipe virus dengue membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan. Langkah sederhana seperti menjaga kebersihan lingkungan, menguras dan menutup tempat penampungan air, serta menggunakan perlindungan pribadi harus menjadi kebiasaan.
Selain itu, penelitian untuk mengembangkan vaksin yang mencakup semua serotipe virus perlu terus didukung.
Dengan ancaman yang semakin kompleks, kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan tenaga medis sangat penting untuk mengurangi dampak DBD. Hanya melalui upaya bersama, penyakit ini dapat dikelola dengan lebih baik dan risiko infeksinya dapat ditekan.***
Artikel Terkait
Hati-hati, Kasus DBD di Indonesia Meningkat, Berikut Gejala dan Tips Pencegahannya
Benarkah Orang yang Kebiasaan Bangun Siang Lebih Rentan Terkena DBD? Simak Penjelasannya Disini
Warga Jakarta Timur Berisiko Didenda 50 Juta Jika Rumahnya Ditemukan Jentik Nyamuk DBD atau Demam Berdarah
Warga DKI Jakarta Perlu Siaga Agar Tidak Ada Jentik Nyamuk DBD di rumah atau Satpol PP Beri Denda 50 Juta
Diperkirakan Kasus DBD Meningkat Pada Puncak Kemarau Juli 2024, Ini Tips untuk Mencegah Demam Berdarah