Teknik Pemeriksaan dan Diagnosis yang Tepat
Untuk mendeteksi, memeriksa, atau mendiagnosis kanker nasofaring, dokter akan melakukan beberapa langkah berikut:
- Pemeriksaan fisik. Dokter akan menekan beberapa bagian di leher untuk mencari adanya benjolan yang bisa menandakan kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening.
- Endoskopi nasofaring. Dokter akan memasukkan alat berbentuk tabung tipis yang dilengkapi dengan kamera dan lampu ke dalam hidung untuk melihat kondisi nasofaring secara langsung. Jika ada area yang mencurigakan, dokter akan mengambil sampel jaringan (biopsi) untuk diperiksa di laboratorium.
- Tes darah. Dokter akan mengambil sampel darah untuk mengukur kadar antibodi terhadap virus Epstein-Barr (EBV), yang merupakan salah satu penyebab kanker nasofaring. Jika kadar antibodi tinggi, maka kemungkinan besar pasien terinfeksi virus tersebut.
- Pemeriksaan fine needle aspiration (FNA). Dokter akan menggunakan jarum suntik untuk mengambil contoh sel dari benjolan, jika ada.Sel-sel tersebut kemudian dianalisis di laboratorium untuk mengetahui apakah mengandung sel kanker atau tidak.
- Pemeriksaan penunjang lainnya. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan seperti CT scan, MRI, atau PET scan untuk melihat seberapa luas penyebaran kanker nasofaring ke organ-organ lain, seperti otak, mata, atau tulang. Pemeriksaan ini juga dapat membantu menentukan stadium dan jenis kanker nasofaring.
Baca Juga: 7 Cara Jaga Kesehatan Seksual, Salah Satunya Periksa Secara Rutin
Pengobatan Kanker Nasofaring
Kanker nasofaring bisa disembuhkan jika dideteksi dan ditangani sejak dini.
Pengobatan yang dilakukan tergantung pada stadium dan jenis kankernya.
Pilihan pengobatan yang umum digunakan adalah radioterapi, kemoterapi, atau kombinasi keduanya.
Radioterapi adalah pengobatan dengan menggunakan sinar radiasi untuk membunuh sel kanker atau menghambat pertumbuhannya.
Radioterapi biasanya dilakukan pada bagian leher dan kelenjar getah bening di sekitarnya, untuk mencegah penyebaran kanker.
Pengobatan ini bisa dilakukan dengan berbagai metode, seperti external-beam radiation therapy (EBRT), terapi proton, brachytherapy, atau stereotactic radiosurgery.
Yoseppy juga menjalani pengobatan jenis ini sebanyak 33 kali dalam rangka melawan kanker nasofaring yang diidapnya.
Selain itu, Yoseppy juga mengombinasikan radioterapi dengan kemoterapi, yaitu pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker.
Kemoterapi biasanya diberikan secara intravena atau oral.
Obat-obatan yang digunakan untuk kemoterapi antara lain carboplatin, doksorubisin, dan cetuximab.
Sepanjang masa pengobatannya, Yoseppy menjalani kemoterapi sebanyak 4 kali.
Kedua pengobatan ini dapat menimbulkan efek samping, seperti mual, muntah, rambut rontok, luka di mulut, dan infeksi.
Oleh karena itu, pasien perlu mendapatkan perawatan dan dukungan yang baik selama menjalani pengobatan.
Artikel Terkait
Faktor Risiko Kanker Payudara dan Pencegahannya
Ketahui Resiko Pemanis Buatan Aspartam Untuk Tubuh, Disebut-Sebut Jadi Penyebab Kanker
Belajar Dari Vidi Aldiano, Begini Cara Mengatasi Kanker Metastatik
Apakah Menyusui Meningkatkan atau Justru Menurunkan Risiko Kanker Payudara, Ini Alasannya
9 Manfaat Buah Nanas untuk Kesehatan, Salah Satunya Menurunkan Risiko Kanker