Adapun kandungan dalam tanaman ini yang mampu menjadi obat diabets, yaitu:
1. Senyawa Aktif dalam Kumis Kucing
Kumis kucing mengandung flavonoid, saponin, tanin, dan komponen antioksidan yang diyakini efektif dalam menurunkan kadar gula darah.
Flavonoid dan tanin membantu meningkatkan sensitivitas reseptor insulin, sementara antioksidan melindungi sel beta pankreas yang memproduksi hormon insulin.
Senyawa-senyawa tersebut bekerja dengan cara mengurangi stres oksidatif, yaitu kerusakan sel akibat radikal bebas yang sering terjadi pada penderita diabetes.
Baca Juga: Benarkah Temulawak Sangat Efektif Untuk Mengatasi Masalah Kesehatan Ginjal?
2. Peningkatan Sensitivitas Insulin
Salah satu cara tanaman ini berfungsi sebagai obat diabets adalah dengan meningkatkan sensitivitas reseptor insulin.
Insulin adalah hormon yang berfungsi mengontrol gula darah. Ketika reseptor insulin lebih sensitif, tubuh dapat menggunakan insulin dengan lebih efisien, membantu mengontrol kadar gula darah lebih baik.
3. Perlindungan Sel Beta Pankreas
Kumis kucing juga berperan dalam melindungi sel beta pankreas dari kerusakan. Sel beta pankreas, sebagai produsen insulin, sangat rentan terhadap kerusakan. Antioksidan dalam tanaman ini dapat menjadi pelindung alami bagi sel-sel ini.
4. Menghambat Aktivitas Enzim Alfa-Glukosidase
Tanaman ini memiliki kemampuan untuk menghambat aktivitas enzim alfa-glukosidase, yang berfungsi dalam mengubah karbohidrat menjadi gula di usus.
Dengan menghambat enzim ini, kumis kucing membantu mengurangi jumlah gula yang diserap ke dalam aliran darah, sehingga membantu mengelola kadar gula darah lebih efektif.
Meskipun kumis kucing menawarkan manfaat untuk penderita diabetes, penting untuk menggunakan tanaman ini dengan hati-hati.
Baca Juga: Wapres Usul BPJS Kesehatan Agar Beri Insentif Bagi Peserta yang Rajin Bayar Iuran
Dr. Danang Ardiyanto, seorang pakar tanaman obat dari RSUP Sardjito, mengingatkan bahwa penggunaan tanaman obat sebaiknya dilakukan di bawah pengawasan medis.
Kumis kucing sangat efektif untuk kondisi pre-diabetes atau sebagai tambahan dalam terapi konvensional, bukan sebagai pengganti pengobatan yang direkomendasikan dokter.
Kasus kontroversial daging kucing sebagai obat diabetes menyoroti pentingnya menggunakan metode pengobatan yang memiliki dasar ilmiah dan aman.