SURATDOKTER.com - Di tengah tren hidup sehat dan keinginan menurunkan berat badan, berbagai suplemen diet mulai bermunculan dengan klaim cepat dan instan. Salah satu jenis yang cukup populer adalah fat blocker.
Produk ini disebut-sebut mampu "menghalangi" penyerapan lemak dalam tubuh, sehingga sisa lemak akan dibuang bersama feses.
Tapi seberapa efektif sebenarnya fat blocker? Apakah aman untuk dikonsumsi? Artikel ini akan mengulas secara lengkap dan sederhana agar mudah dipahami siapa saja.
Apa Itu Fat Blocker?
Fat blocker adalah suplemen atau obat yang dirancang untuk menghambat penyerapan lemak dari makanan di dalam saluran pencernaan.
Cara kerjanya bukan membakar lemak seperti fat burner, tetapi mencegah sebagian lemak makanan masuk ke dalam aliran darah. Lemak yang tidak terserap kemudian dikeluarkan melalui sistem pembuangan tubuh.
Obat jenis ini umumnya hadir dalam bentuk kapsul atau tablet, dan dijual bebas maupun dengan resep dokter, tergantung kandungannya. Salah satu fat blocker yang paling dikenal adalah orlistat, yang telah disetujui untuk pengobatan obesitas.
Bagaimana Cara Kerjanya?
Saat seseorang mengonsumsi makanan berlemak, tubuh akan menggunakan enzim bernama lipase untuk memecah lemak menjadi partikel kecil agar bisa diserap usus.
Fat blocker bekerja dengan cara menghambat enzim lipase, sehingga proses pemecahan lemak tidak terjadi. Akibatnya, sebagian lemak akan tetap dalam bentuk utuh dan tidak bisa diserap oleh tubuh.
Sebagai gambaran sederhana: bayangkan lemak sebagai kotoran yang ingin dimasukkan ke dalam saringan kecil. Fat blocker menutup saringan itu, sehingga kotoran tidak bisa masuk dan akhirnya dibuang.
Manfaat yang Diharapkan
Bagi sebagian orang yang mengalami kesulitan menurunkan berat badan meski sudah menjaga pola makan dan berolahraga, fat blocker menjadi pilihan tambahan. Manfaat utamanya antara lain:
- Membantu menurunkan berat badan dengan mengurangi penyerapan kalori dari lemak.
- Mendukung program diet rendah lemak, terutama pada penderita obesitas.
- Mengurangi kadar kolesterol jahat (LDL), karena sebagian lemak yang tidak diserap dibuang.
Namun perlu dicatat bahwa hasil dari penggunaan fat blocker tidak bersifat instan. Efektivitasnya sangat bergantung pada pola makan dan gaya hidup yang diterapkan secara bersamaan.
Efek Samping dan Risiko yang Perlu Diperhatikan
Meskipun terdengar menjanjikan, penggunaan fat blocker juga memiliki potensi efek samping. Karena sebagian lemak dibiarkan keluar melalui usus besar, maka tubuh bisa merespons dengan gejala yang tidak nyaman, seperti:
- Perut kembung dan sering buang gas
- Feses berminyak atau lebih cair dari biasanya
- Sering buang air besar mendadak
- Nyeri perut ringan
Selain itu, karena lemak tidak diserap, maka vitamin larut lemak seperti A, D, E, dan K juga bisa ikut tidak terserap. Jika dikonsumsi dalam jangka panjang tanpa pengawasan, kondisi ini bisa menyebabkan kekurangan nutrisi penting.
Cara Menggunakan Fat Blocker dengan Aman
Agar penggunaan fat blocker memberikan manfaat tanpa risiko berlebihan, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Artikel Terkait
Rs Mayapada Bandung Sukses Lakukan Operasi Batiatik Untuk Atasi Obesitas
12 Tahun Didiagnosa Obesitas, Akhirnya Dokter Menemukan Tumor Seberat 27Kg Pada Pria Ini
Pria Korea Ini Pilih Kena Obesitas Demi Menghindari Wamil
Nutrisi Penting untuk Anak: Cegah Stunting dan Obesitas Sejak Dini
Viral Pernyataannya soal Gaji hingga Obesitas Bikin Gaduh di Medsos, Menkes Budi: Padahal Niatnya Baik