• Senin, 22 Desember 2025

Pria Amerika Ini Meninggal 40 Hari Setelah Menerima Jantung Babi Kedua di Dunia

Photo Author
- Jumat, 3 November 2023 | 17:00 WIB
Manusia sukses transplantasi jantung babi (Suratdokter.com/Twitter@UMmedschool)
Manusia sukses transplantasi jantung babi (Suratdokter.com/Twitter@UMmedschool)

David Bennett, 57, menerima transplantasi pada 7 Januari 2022, dan meninggal pada 8 Maret, kata Sistem Medis Universitas Maryland dalam sebuah pernyataan.

Transplantasi jantung babi ke manusia yang pertama di dunia dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland (Baltimore, MD, USA), di mana jantung babi yang dimodifikasi secara genetik berhasil ditransplantasikan ke seorang pria berusia 57 tahun pada tahap akhir penyakit jantung.

Setelah operasi yang sangat eksperimental, pasien dapat bergerak bebas tanpa adanya bantuan bypass kardiopulmoner.

Baca Juga: Belajar Dari Kasus Isyana Sarasvati, Inilah Penyebab Keguguran yang Harus Diketahui

Operasi bersejarah ini mengatasi hambatan terbesar yang mungkin disebabkan oleh penolakan kekebalan hiperakut dan mencapai hasil jangka pendek yang baik.

Namun kondisi pasien mulai memburuk, dan meninggal pada 9 Maret 2022, dua bulan setelah operasi transplantasi.

Efek Transplantasi Jantung Babi

Studi praklinis xenotransplantasi telah dilakukan sejak lama.

Namun, pemahaman yang buruk tentang xenotransplantasi dan kurangnya strategi imunosupresi yang efektif pada akhirnya mengakibatkan kegagalan.

Baca Juga: Perokok Berat? Berikut Cara Membersihkan Paru-paru Perokok, Dijamin Cepat dan Alami!

Misalnya, seorang bayi yang ditransplantasikan jantungnya dari babon pada tahun 1983 hanya dapat bertahan hidup selama 20 hari.

Berbeda dari xenotransplantasi primata ke manusia sebelumnya, respons imun yang kuat di antara spesies yang berbeda merupakan hambatan terbesar terhadap xenotransplantasi.

Rekayasa genetika tampaknya memberikan solusi pragmatis untuk permasalahan yang membingungkan.

Baca Juga: Waspadai Penyakit Tenosinovitis yang Bisa Menyerang Siapa Saja

Penghapusan xenoantigen melalui manipulasi gen merupakan pendekatan penting untuk mengurangi respons penolakan kekebalan tubuh manusia.

Misalnya, α-1,3-galactosidase yang dikodekan oleh α-1,3-galactosyltransferase (GGTA1) adalah xenoantigen permukaan sel yang penting. Selain itu, asam N-glikolilneuraminat yang dikodekan oleh sitidin monofosfat-N-asetilneuraminat asam hidroksilase (CMAH) dan β-1,4-N-asetil-galaktosaminiltransferase 2 (B4GalNT2) juga terkait dengan respons imunitas lintas spesies. ***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hafizh Nas

Sumber: ndtv.com

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Benarkah Menahan Bersin Bisa Merobek Saluran Pernapasan?

Jumat, 26 September 2025 | 15:44 WIB

Lebih Efektif Mana, Teh Pelangsing Hangat atau Dingin?

Kamis, 18 September 2025 | 22:25 WIB

Terpopuler

X