SURATDOKTER.com - Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo menjadi salah satu kebijakan besar dalam memperkuat ketahanan gizi nasional.
Melalui program ini, pemerintah berupaya memastikan anak-anak Indonesia serta ibu hamil dan menyusui memperoleh makanan bergizi setiap hari.
Namun, di balik niat mulia tersebut, muncul sejumlah kritik dari DPR RI. Dalam rapat dengar pendapat dengan Badan Gizi Nasional (BGN) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 1 Oktober 2025, Komisi IX DPR menyoroti bahwa distribusi penerima manfaat program MBG masih belum merata dan belum sepenuhnya menyentuh kelompok masyarakat yang paling membutuhkan.
Program Mulia, Namun Belum Tepat Sasaran
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Charles Honoris, menilai bahwa pelaksanaan MBG masih menghadapi tantangan serius dalam hal pemerataan. Ia mengingatkan bahwa semangat utama dari program MBG adalah menolong anak-anak yang menderita kekurangan gizi, bukan hanya memperluas jumlah dapur atau penerima di kota besar.
Charles menekankan bahwa pembangunan dapur MBG seharusnya diprioritaskan di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) serta daerah dengan tingkat kemiskinan ekstrem dan kerentanan gizi tinggi.
Ia menilai, jika fokus masih terpusat di kota besar, maka tujuan untuk menurunkan angka gizi buruk akan sulit tercapai.
Menurutnya, pemerintah harus berkolaborasi dengan data milik Kemenkes untuk menentukan wilayah prioritas agar program benar-benar memberikan dampak nyata bagi anak-anak yang paling membutuhkan asupan gizi tambahan.
Fokus Diperluas hingga Daerah 3T dan Miskin Ekstrem
Komisi IX mendesak BGN agar memperluas jaringan dapur MBG ke wilayah terpencil. DPR berharap program ini tidak hanya berhenti pada distribusi makanan, tetapi juga mencakup perbaikan gizi jangka panjang, edukasi kesehatan, serta peningkatan kualitas bahan pangan lokal.
Langkah tersebut dianggap penting agar program MBG tidak hanya bersifat simbolik, tetapi benar-benar menyentuh inti permasalahan gizi — terutama di daerah yang belum tersentuh program pemerintah secara optimal.
Kasus Keracunan dan Sorotan Publik
Dalam rapat tersebut, Charles juga menyinggung kasus keracunan makanan MBG yang sempat viral, salah satunya menimpa cucu dari mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, di Yogyakarta.
Peristiwa ini kembali menyoroti pentingnya standar keamanan pangan dan sistem distribusi makanan di sekolah penerima manfaat.
BGN diminta memperkuat pengawasan mulai dari proses pengolahan hingga penyajian makanan. Pengawasan lapangan perlu ditingkatkan agar kasus serupa tidak terulang, mengingat MBG melibatkan jutaan anak setiap harinya di seluruh Indonesia.
Artikel Terkait
Posisi Tidur yang Baik Bisa Mempengaruhi Kualitas Tidur, Begini Penjelasannya?
Sudah Terbukti! Ini Cara Menurunkan Kolesterol Tanpa Obat yang Manjur
Evaluasi Program MBG: Ketua Banggar DPR Usulkan Kantin Sekolah Jadi Dapur untuk Kurangi Beban SPPG
5 Sorotan Aliansi terhadap BGN: Dari Kritik Kebijakan Rollback hingga Dugaan Jual Beli Titik Dapur MBG
Menkeu Purbaya Siap Pangkas Anggaran MBG Jika Tak Terserap, Luhut Sebut Dampak Ekonomi Sudah Terlihat