1. Penyakit jantung dan tekanan darah tinggi
Studi WHO menyebut, individu yang bekerja lebih dari 55 jam per minggu memiliki risiko 35% lebih tinggi mengalami stroke dibanding pekerja dengan jam kerja normal.
2. Gangguan tidur dan kelelahan mental
Jam kerja panjang mengganggu ritme sirkadian tubuh, mengakibatkan insomnia, sulit fokus, dan depresi.
3. Peningkatan risiko obesitas dan diabetes tipe 2
Waktu kerja berlebih sering membuat seseorang melewatkan waktu makan sehat, lebih sering mengonsumsi makanan cepat saji, dan minim aktivitas fisik.
4. Burnout dan gangguan kecemasan
Kelelahan mental berkepanjangan menurunkan motivasi dan menimbulkan rasa terasing dari kehidupan sosial, terutama bila tidak diimbangi waktu istirahat.
Dalam jangka panjang, kombinasi stres, kurang tidur, dan beban kerja berat dapat memicu sindrom metabolik, yaitu kondisi berbahaya yang meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes secara bersamaan.
Baca Juga: Gen Z dan Kesehatan Mental di Tengah Ketidakpastian Ekonomi: Tantangan dan Peluang di Dunia Kerja
Dampak Sosial: Keseimbangan Hidup yang Hilang
Selain masalah medis, jam kerja ekstrem juga berdampak pada keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan (work-life balance).
Pekerja kehilangan waktu untuk keluarga, rekreasi, dan pemulihan mental. Dalam jangka panjang, hal ini menurunkan kebahagiaan, kualitas hubungan sosial, dan produktivitas.
Paradoksnya, kebijakan yang bertujuan meningkatkan efisiensi justru bisa menghasilkan output kerja yang menurun karena tingkat kelelahan yang tinggi membuat pekerja sulit berpikir jernih dan membuat kesalahan lebih sering.
Suara Publik dan Gelombang Penolakan
Serikat pekerja dan warga Yunani menilai kebijakan ini tidak manusiawi dan bertentangan dengan prinsip kesejahteraan sosial.
Aksi protes nasional bukan hanya bentuk penolakan terhadap rancangan undang-undang, tetapi juga seruan untuk menjaga kesehatan dan martabat pekerja.
Bagi mereka, bekerja adalah bagian dari kehidupan, bukan keseluruhan hidup.
Pekerja berhak atas waktu istirahat, ruang sosial, dan kesehatan fisik yang layak agar bisa bekerja secara berkelanjutan.
Hingga kini, pemerintah Yunani masih mengkaji penerapan rancangan aturan tersebut, tetapi tekanan publik menunjukkan bahwa kesejahteraan tidak bisa diukur hanya dari jam kerja panjang atau target ekonomi semata.
Baca Juga: Kerja Terus Tapi Stres? Ini Cara Mengatur Waktu agar Tidak Burnout
Fenomena demo besar di Yunani menunjukkan bahwa jam kerja panjang bukan solusi bagi produktivitas, melainkan ancaman bagi kesehatan manusia.
Artikel Terkait
Gen Z dan Kesehatan Mental di Tengah Ketidakpastian Ekonomi: Tantangan dan Peluang di Dunia Kerja
Kerja Terus Tapi Stres? Ini Cara Mengatur Waktu agar Tidak Burnout
2 Mahasiswa UGM Meninggal Setelah Kapal yang Ditumpanginya Terbalik Saat Kuliah Kerja Nyata
Menghadapi Hari Pertama Kerja: Tantangan Gen Z dan Dampaknya bagi Kesehatan Mental
Fenomena Mundurnya Perempuan dari Dunia Kerja 2025: Dampak Hilangnya Fleksibilitas dan Krisis Childcare