SURATDOKTER.com - Sebagian orang mungkin pernah melihat seseorang dengan berat badan berlebih tampak sering mengantuk, bahkan tertidur di waktu-waktu yang tidak biasa.
Fenomena ini bukan sekadar asumsi, tetapi memiliki dasar fisiologis yang cukup kompleks. Apakah benar penderita obesitas cenderung lebih mudah merasa kantuk atau cepat tertidur?
Untuk menjawabnya, kita perlu memahami bagaimana kondisi tubuh, hormon, dan metabolisme bekerja secara saling terhubung.
Baca Juga: Apakah Mengkonsumsi Fat Burner Aman Bagi Penderita Masalah Lambung
Kaitan Obesitas dengan Rasa Kantuk
Obesitas tidak hanya berkaitan dengan lemak tubuh, tetapi juga memengaruhi fungsi sistem saraf, hormon, hingga kualitas tidur.
Beragam studi ilmiah menunjukkan bahwa orang dengan berat badan berlebih cenderung lebih rentan mengalami kantuk ekstrem saat siang hari, kondisi yang dikenal sebagai daytime sleepiness.
Kondisi ini bisa dipicu oleh beberapa faktor biologis dan perilaku yang saling berkaitan.
Gangguan Tidur pada Penderita Obesitas
Salah satu penyebab utama mengapa penderita obesitas mudah mengantuk adalah gangguan tidur yang disebut sleep apnea.
Sleep apnea terjadi ketika saluran napas bagian atas menyempit atau tertutup saat tidur, sehingga pernapasan terganggu selama beberapa detik hingga menit.
Tubuh akan secara otomatis membangunkan penderitanya agar bisa bernapas kembali. Hal ini menyebabkan tidur menjadi tidak nyenyak dan terpotong-potong.
Akibatnya, saat pagi atau siang hari, tubuh merasa belum cukup istirahat dan mengirimkan sinyal kantuk meskipun seseorang sudah tidur selama berjam-jam.
Sleep apnea umumnya lebih banyak terjadi pada orang dengan lingkar leher besar, penumpukan lemak di bagian leher dan dada, atau struktur rahang kecil—semua faktor ini umum ditemukan pada penderita obesitas.
Peran Hormon dalam Rasa Kantuk
Selain gangguan tidur, obesitas juga memengaruhi sistem hormon, terutama leptin dan ghrelin.
Leptin adalah hormon yang mengatur rasa kenyang, sedangkan ghrelin merangsang rasa lapar. Pada penderita obesitas, produksi dan respons tubuh terhadap hormon ini menjadi tidak seimbang.
Artikel Terkait
Fat Blocker: Suplemen Penangkal Lemak atau Sekadar Janji Kosong?
Fat Burner: Pembakar Lemak atau Sekadar Ilusi? Simak Penjelasan Lengkapnya
Protein Shake: Minuman Praktis Penambah Asupan Protein, Bermanfaat atau Berisiko?
Fat Burner vs Fat Blocker: Mana yang Lebih Efektif atau Haruskah Digabungkan?
Apakah Mengkonsumsi Fat Burner Aman Bagi Penderita Masalah Lambung