Mengenal Karmin, Pewarna Makanan dari Serangga

Selain itu, di budaya Timur Tengah, Mediterania dan Mesir juga menggunakan serangga yang sama sebagai pewarna.

Di beberapa daerah pewarna Karmin ini juga disebut dengan kermes, qirmiz dan sebagainya. 

Seiring berkembangnya zaman, zat pewarna Karmin telah banyak digunakan dalam industri makanan dan minuman agar tampak lebih menarik dan menggugah selera. 

Bahkan, tak jarang berbagai produk kosmetik juga menggunakan pewarna Karmin ini, lho.

Baca Juga: Waspada! Pengaruh Buruk Stres Bagi Ibu Hamil dan Perkembangan Janin

Karmin Halal atau Haram? 

Berdasarkan fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) mengenai pewarna Karmin dari serangga cochineal ini adalah halal dan aman digunakan. 

MUI melalui keputusan komisi fatwa MUI Nomor 33 tahun 2011, mengeluarkan pertimbangan bahwa hukum pewarna makanan dan minuman dari serangga cochineal adalah halal selama bermanfaat dan tidak membahayakan. 

MUI juga telah mengkaji secara mendalam mengenai serangga cochineal, dimana serangga ini memiliki banyak kesamaan dengan belalang yaitu darahnya tidak mengalir. 

Hal ini didasarkan pada hadis rasulullah, berikut:

Dari Abdullah Ibnu Umar ra, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:"Dihalalkan bagi seorang muslim dua bangkai dan dua darah; sedang dua bangkai ialah ikan dan belalang, sedang dua darah ialah hati dan limpa." (HR Ahmad).

Keamanan dan Manfaat Karmin

Selain sudah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), penggunaan zat pewarna Karmin ini juga sudah mengantongi izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia. 

Oleh karena itu, penggunaan pewarna Karmin pada makanan dan kosmetik tentu saja aman, ya.

Selama ratusan tahun pewarna Karmin telah dimanfaatkan dalam berbagai industri terutama makanan dan minuman serta produk kosmetik.