Cara Mengatasi Diare pada Ibu Hamil Tanpa Membahayakan Kesehatan Janin

SURATDOKTER.com - Berikut cara mengatasi diare pada ibu hamil tanpa membahayakan kesehatan janin. 

Tanpa penanganan yang tepat, diare dapat menyebabkan dehidrasi, yang berpotensi membahayakan kesehatan ibu hamil dan janin.

Seorang wanita hamil dianggap mengalami diare jika frekuensi buang air besar (BAB) mencapai lebih dari 3 kali sehari dengan tinja yang bersifat cair.

Diare seringkali menjadi keluhan umum selama kehamilan, dengan hampir 34% wanita hamil melaporkan pengalaman tersebut.

Ada beberapa cara  mengatasi diare pada ibu hamil tanpa membahayakan kesehatan janin.

Cara Mengatasi Diare pada Ibu Hamil

Jika seorang ibu hamil mengalami diare ringan, terdapat beberapa cara yang dapat diambil untuk mengatasi tanpa harus mengonsumsi obat-obatan, di antaranya:

1. Meningkatkan Asupan Cairan

Minum banyak air putih atau minuman elektrolit adalah langkah penting untuk mencegah dehidrasi. Penting juga untuk minum air setiap kali mengalami buang air besar atau muntah.

2. Mengonsumsi Makanan yang Mudah Dicerna

Pilihlah makanan yang mudah dicerna, seperti sup ayam, pisang, roti tawar, atau daging tanpa lemak. Ini dapat membantu meredakan gejala diare.

3. Hindari Makanan yang Dapat Mempertajam Diare

Hindari makanan dan minuman yang dapat memperparah diare, seperti makanan pedas, gorengan, makanan berlemak, susu, soda, kopi, dan teh. 

4. Praktik Kebersihan yang Baik

Sering mencuci tangan dan menghindari konsumsi makanan mentah atau kurang matang dapat membantu mencegah penyebab diare.

Penyebab Diare pada Ibu Hamil

Diare pada ibu hamil dapat muncul karena beberapa faktor, diantaranya:

1. Perubahan Hormon

Selama masa kehamilan, perubahan hormon dalam tubuh dapat memengaruhi proses pencernaan, menyebabkan gangguan seperti diare, mual, dan muntah. Hormon tertentu juga dapat berkontribusi pada masalah sembelit.

Baca Juga: Diare Berlebihan? Berikut Obat Tradisional untuk Mengatasinya

2. Infeksi

Diare pada ibu hamil dapat disebabkan oleh infeksi mikroorganisme seperti virus, bakteri (seperti Salmonella, Shigella, E. Coli, atau Campylobacter), dan parasit (contohnya protozoa).