Amigdala akan mengirimkan sinyal ke hipokampus, yaitu pusat penyimpanan memori. Hasilnya, pengalaman yang menimbulkan ancaman atau tekanan, seperti kemarahan ayah, cenderung terekam lebih kuat di dalam pikiran anak.
Faktor lain yang memperkuat ingatan terhadap kemarahan ayah adalah aspek fisik dan sosial. Ayah biasanya memiliki postur lebih besar, suara lebih berat, dan peran sosial sebagai pemimpin keluarga. Hal-hal ini memperkuat kesan bahwa kemarahan ayah bersifat serius dan patut ditakuti, sehingga jejak emosinya lebih dalam.
Teori Kelekatan dan Rasa Aman Anak
Dalam teori psikologi perkembangan, keterikatan atau attachment adalah fondasi hubungan emosional anak dengan orang tuanya. Ibu biasanya lebih dekat secara emosional karena lebih sering berinteraksi secara fisik maupun verbal dengan anak. Ikatan ini membuat anak merasa aman meskipun ibu kadang menunjukkan kemarahan.
Sebaliknya, karena ayah sering kali memiliki peran yang lebih disipliner atau tidak terlalu dekat secara emosional, kemarahannya bisa dianggap sebagai ancaman terhadap rasa aman anak. Akibatnya, anak menjadi lebih terpengaruh secara emosional dan menyimpan pengalaman tersebut dalam waktu lama.
Pesan untuk Orang Tua, Terutama Ayah
Mengingat betapa besar dampak emosional dari kemarahan seorang ayah, penting bagi orang tua untuk membangun komunikasi yang sehat dan penuh empati.
Baca Juga: Apa Itu 'Father Wound'? Ini Gejala Luka Akibat Ketidakhadiran Ayah
Mengelola emosi secara bijak, terutama dalam menghadapi anak-anak, adalah langkah penting dalam menciptakan lingkungan emosional yang stabil di rumah.
Ayah sebaiknya tidak hanya hadir sebagai figur otoritas, tetapi juga sebagai tempat anak merasa aman, didengar, dan dihargai.
Pendekatan ini membantu membentuk kelekatan yang sehat dan memberi anak kemampuan lebih baik dalam memahami serta mengelola perasaannya sendiri.
Dengan kesadaran ini, orang tua dapat lebih cermat dalam menyikapi emosi dan menciptakan ruang pengasuhan yang mendukung kesehatan mental anak secara menyeluruh.***