SURATDOKTER.com - Kekerasan narsistik adalah bentuk kekerasan emosional dan psikologis yang dapat berdampak serius pada korban, termasuk remaja.
Bentuk kekerasan ini dilakukan oleh seseorang dengan kecenderungan narsistik, yang sering kali menggunakan manipulasi, kontrol, dan gaslighting untuk merusak harga diri korban.
Dampak dari kekerasan ini tidak hanya terbatas pada aspek emosional, tetapi juga dapat menyebabkan gangguan mental dan bahkan gejala yang menyerupai kerusakan otak.
Bagaimana Kekerasan Narsistik Mempengaruhi Otak?
Paparan kekerasan narsistik dalam jangka panjang dapat memicu stres kronis yang memengaruhi fungsi otak.
Baca Juga: Psikologi Sederhana: Mengenai Kampanye Fitnah Narsistik dan Cara Menghadapinya
Stres berkepanjangan ini menyebabkan produksi hormon kortisol yang berlebihan, yang pada akhirnya dapat merusak struktur otak, terutama bagian yang berperan dalam memori, konsentrasi, dan pengambilan keputusan.
Beberapa korban kekerasan narsistik melaporkan mengalami gejala seperti kehilangan ingatan, kesulitan berkonsentrasi, serta gangguan dalam berpikir kritis dan mengambil keputusan.
Selain itu, ada pula yang mengalami sakit kepala tanpa penyebab medis yang jelas, perubahan suasana hati yang drastis, serta perasaan bingung dan disorientasi. Semua ini dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari mereka, terutama dalam interaksi sosial dan prestasi akademik.
Baca Juga: Psikologi Sederhana: Mengenal 10 Teknik yang Dipakai Oleh Narsistik
Meskipun sering dikaitkan dengan hubungan romantis, kekerasan narsistik juga bisa terjadi dalam berbagai jenis hubungan, termasuk dalam keluarga, pertemanan, atau lingkungan sekolah.
- Dalam Keluarga: Orang tua atau saudara kandung dengan kecenderungan narsistik bisa menjadi sumber kekerasan emosional. Mereka mungkin menggunakan kata-kata merendahkan, sering mengkritik tanpa alasan, atau mengontrol setiap aspek kehidupan korban.
- Dalam Hubungan Romantis: Beberapa remaja mengalami hubungan yang penuh manipulasi dari pasangannya. Mereka bisa dipermainkan dengan pujian yang berubah menjadi kritik tajam, atau dibuat merasa bersalah agar selalu patuh pada pasangan.
- Dalam Lingkungan Pertemanan: Seorang teman dengan sifat narsistik dapat menggunakan kontrol emosional untuk mengisolasi korban dari teman lain, merendahkan mereka, atau bahkan membuat mereka merasa tidak berharga tanpa teman tersebut.
Tanda-Tanda Kekerasan Narsistik
Mengenali tanda-tanda kekerasan narsistik sangat penting agar orang tua atau orang terdekat dapat memberikan bantuan sebelum dampaknya semakin parah.
Beberapa tanda yang sering muncul antara lain:
- Harga Diri Rendah: Remaja yang mengalami kekerasan narsistik sering kehilangan kepercayaan diri dan selalu merasa tidak cukup baik dalam berbagai aspek kehidupan.
- Takut Melakukan Kesalahan: Mereka cenderung merasa khawatir berlebihan tentang bagaimana orang lain melihat mereka dan takut melakukan sesuatu yang dianggap salah oleh pelaku kekerasan.
- Perubahan Emosi yang Tidak Stabil: Mereka bisa menjadi sangat emosional, mudah tersinggung, atau tiba-tiba merasa sedih tanpa alasan yang jelas.
- Isolasi Sosial: Mereka mungkin menjauh dari teman dan keluarga, menghindari interaksi sosial, atau kehilangan minat pada aktivitas yang dulu mereka sukai.
- Kesulitan Mempercayai Orang Lain: Akibat sering dimanipulasi, korban kekerasan narsistik sering mengalami kesulitan membangun kepercayaan dengan orang lain, bahkan terhadap mereka yang tulus ingin membantu.
- Sering Meminta Maaf Tanpa Alasan: Mereka mungkin terbiasa meminta maaf bahkan untuk hal-hal yang bukan kesalahan mereka, karena telah terbiasa hidup dalam tekanan dan ketakutan akan kritik atau hukuman emosional.
- Masalah Fisik akibat Stres: Kekerasan emosional juga dapat berdampak pada kesehatan fisik. Beberapa remaja yang mengalami kekerasan narsistik melaporkan mengalami sakit kepala, gangguan tidur, dan nyeri tubuh yang tidak dapat dijelaskan secara medis.