SURATDOKTER.com - Gangguan obsesif-kompulsif (OCD) adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan adanya pikiran atau dorongan yang mengganggu (obsesi) yang menyebabkan seseorang merasa terdorong untuk melakukan perilaku berulang atau ritual (kompulsi).
Obsesi dan kompulsi ini sering kali tidak dapat dikendalikan, dan meskipun seseorang tahu bahwa perilaku tersebut tidak logis, mereka merasa terpaksa melakukannya untuk meredakan kecemasan atau mencegah sesuatu yang buruk terjadi.
Gejala OCD biasanya terdiri dari dua bagian utama:
- Obsesi: Pikiran mengganggu yang berulang, seperti ketakutan akan terkontaminasi kuman, khawatir membuat kesalahan, atau merasa terobsesi dengan angka atau pola tertentu.
- Kompulsi: Perilaku berulang yang dilakukan untuk meredakan kecemasan akibat obsesi. Ini bisa berupa mencuci tangan berulang kali, memeriksa sesuatu (seperti pintu atau kompor), menghitung, atau melakukan ritual tertentu yang harus diikuti secara ketat.
Baca Juga: Apa Perbedaan OCD dan OCPD? Simak di Sini!
Penyebab pasti OCD belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa faktor yang mungkin berperan termasuk faktor biologis, genetika, dan lingkungan. P
Perubahan kimia di otak, seperti ketidakseimbangan neurotransmiter (glutamat dan GABA), serta faktor genetik dan pengalaman masa kecil bisa menjadi penyebab berkembangnya gangguan ini.
5 Cara Mengatasi OCD
Peneliti terus mencari cara-cara baru untuk membantu mengatasi OCD. Berikut adalah lima pendekatan terbaru yang dapat membantu penderita OCD:
1. Memahami Peran Neurotransmitter dalam OCD
Penelitian menunjukkan bahwa gangguan pada neurotransmitter di otak, khususnya glutamat dan GABA, dapat mempengaruhi perkembangan OCD. Glutamat berfungsi sebagai penguat sinyal otak, sementara GABA berfungsi menenangkan kecemasan.
Peneliti menemukan bahwa pada penderita OCD, kadar glutamat lebih tinggi dan kadar GABA lebih rendah. Temuan ini membuka kemungkinan pengembangan obat yang dapat menyeimbangkan kadar neurotransmitter ini untuk meredakan gejala OCD.
2. Peningkatan Protein ‘Imood’ pada Pasien OCD
Sebuah studi menemukan bahwa penderita OCD memiliki kadar protein imunomodulin (imood) yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang tanpa OCD.
Protein ini terlibat dalam sistem kekebalan tubuh, dan peneliti berusaha mengembangkan terapi yang dapat menurunkan kadar imood, sehingga membantu mengurangi gejala OCD. Temuan ini memberi harapan bahwa pengobatan berbasis sistem imun bisa menjadi alternatif yang efektif.
3. Mikrobiota Usus dan OCD
Penelitian terbaru menunjukkan adanya hubungan antara mikrobiota usus dan OCD. Peneliti di Universitas Jiao Tong Shanghai melakukan transplantasi mikrobiota usus dari pasien OCD ke tikus, dan tikus tersebut mulai menunjukkan perilaku repetitif dan kecemasan.
Baca Juga: Bagaimana Cara Mengatasi OCD? Simak di Sini!
Temuan ini mengindikasikan bahwa perubahan dalam mikrobiota usus dapat berperan dalam perkembangan OCD, dan ini membuka potensi untuk terapi yang melibatkan keseimbangan bakteri usus.