Tantangan dalam Mendiagnosis Gangguan Kejiwaan untuk Insanity Defense
Mendiagnosis gangguan kejiwaan dalam konteks penggunaan insanity defense menghadirkan sejumlah tantangan yang kompleks.
Baca Juga: Memahami Fenomena Duck Syndrome di Kalangan Remaja: Gangguan Kecemasan Akibat Ekspektasi Tinggi
Dikutip dari jurnal International Journal of Law and Psychiatry, salah satu tantangan utama dalam insanity defense adalah keberagaman gangguan kejiwaan yang ada. Gangguan-gangguan ini memiliki spektrum gejala yang luas dan bisa sangat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya.
Psikiater dan psikolog biasanya mempertimbangkan kasus ini di berbagai faktor, seperti riwayat kesehatan mental, perilaku saat ini, serta hasil tes psikologis untuk membuat diagnosis yang akurat.
Selain itu, insanity defense memerlukan pembuktian bahwa terdakwa mengalami gangguan kejiwaan yang signifikan pada saat melakukan tindak pidana sehingga tidak mampu memahami atau mengendalikan perilakunya.
Pembuktian ini seringkali menjadi rumit karena gangguan kejiwaan tidak selalu tampak secara jelas dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, seperti tekanan sosial atau penggunaan obat-obatan terlarang. Oleh karena itu, proses evaluasi harus sangat teliti dan komprehensif.
Dampak Insanity Defense pada Terdakwa dan Keluarganya
Penggunaan pembelaan dalam jalur insanity defense dapat memiliki dampak signifikan pada korban serta keluarga mereka, baik secara emosional maupun psikologis.
Pertama, korban dari tindak kejahatan yang pelakunya menggunakan insanity defense sering kali merasa bahwa keadilan tidak sepenuhnya ditegakkan.
Mereka mungkin merasa bahwa pelaku lolos dari hukuman yang seharusnya diterima karena kejahatan mereka.
Hal ini dapat menimbulkan perasaan frustrasi, marah, dan ketidakberdayaan. Selain itu, proses pengadilan yang panjang dan kompleks sering kali mengharuskan korban untuk menghidupkan kembali trauma mereka, yang bisa menjadi pengalaman yang sangat melelahkan.
Baca Juga: Keluarga Sehat, Kehidupan Bahagia: Membangun Lingkungan yang Mendukung Kesehatan Fisik dan Mental
Keluarga korban juga tidak luput dari dampak penggunaan pembelaan karena gangguan jiwa ini.
Mereka mungkin merasakan kesedihan yang mendalam melihat orang yang mereka cintai tidak mendapatkan keadilan yang mereka harapkan.