SURATDOKTER.com - Semua orang pasti menginginkan kesuksesan. Namun, jika seseorang justru merusak langkah menuju impiannya misal dengan menunda-nunda pekerjaan, maka dia berkemungkinan memiliki perilaku self-sabotage.
Seseorang seringkali tidak menyadari perilaku sabotase diri tersebut hingga berdampak negatif terhadap kehidupan profesionalnya. Simak informasi di bawah ini untuk memahami self-sabotage atau sabotase diri lebih jauh.
Apa itu Self-Sabotage?
Self-sabotage merupakan perilaku seseorang, baik secara sadar maupun tidak, yang memperlambat atau mencegah diri sendiri untuk melakukan apa yang diperlukan dalam meraih tujuan.
Sabotase diri merupakan suatu coping mechanism ketika seseorang menghadapi masalah. Namun, perilaku tersebut justru malah bisa menimbulkan masalah baru sehingga membatasi seseorang untuk berkembang.
Self-sabotage yang tidak ditangani secara baik dapat memberikan dampak buruk pada kesehatan fisik dan mental seseorang.
Baca Juga: Apa Perbedaan Perilaku Protektif dan Posesif? Berikut Penjelasannya!
Penyebab Self-Sabotage
-
Keluarga yang Disfungsional
Keluarga yang disfungsional dapat menjadi pemicu perilaku sabotase. Salah satunya adalah pola asuh orang tua yang tidak memberikan pengayoman dan perhatian kepada anak.
Misalnya adalah anak jarang mendapatkan perhatian dari orang tua kecuali untuk memarahi anak. Hal itu mendorong pemikiran anak bahwa marah merupakan cara untuk mencapai sesuatu yang bahkan bisa terbawa hingga anak beranjak dewasa.
-
Pernah Terjebak Hubungan Toxic
Pengalaman berada dalam hubungan toxic, baik itu dengan pasangan, teman, ataupun keluarga, dapat menimbulkan perilaku self-sabotage pada kemudian hari.
Seseorang dengan perilaku tersebut cenderung menahan perasaan yang dialami. Mereka memilih diam dan menghindar ketika terjadi konflik.
Hinaan yang didapat ketika terjebak dalam toxic relationship juga mengubah perilaku seseorang menjadi lebih sensitif.
Mereka berpotensi dalam merusak hubungan yang terjalin seperti melakukan perselingkuhan atau meng-ghosting.
-
Merasa Insecure
Seseorang yang memiliki perasaan insecure kerap tidak sadar melakukan sabotase diri. Mereka merasa tidak pantas berada pada posisi tertentu dan bahkan mundur ketika sudah dekat dengan impiannya.
Pola asuh orang tua dapat mempengaruhi perasaan rendah diri seseorang. Apa yang dilihat dan didengar anak usia usia 0 – 6 tahun tidak hanya dapat diingat, tetapi juga membentuk kepribadian mereka.
Artikel Terkait
Mengenal Insecure, Penyebab, Ciri-ciri, dan Tips Mengatasinya dengan Tepat
Apa Perbedaan Perilaku Protektif dan Posesif? Berikut Penjelasannya!
Mengenal PTSD: Dampak Trauma Psikologis dan Tips Mengatasinya
Langkah Mudah Konsultasi Psikolog Gratis Pakai BPJS Kesehatan, Simak Caranya di Sini!
Sering Mengalami Stres? Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya