• Senin, 22 Desember 2025

Self-Sabotage atau Sabotase Diri: Perilaku yang Menghalangi Diri Sendiri Menuju Kesuksesan

Photo Author
- Selasa, 27 Februari 2024 | 19:25 WIB
Seseorang dengan perilaku self-sabotage atau sabotase diri (Freepik/cookie_studio)
Seseorang dengan perilaku self-sabotage atau sabotase diri (Freepik/cookie_studio)

SURATDOKTER.com - Semua orang pasti menginginkan kesuksesan. Namun, jika seseorang justru merusak langkah menuju impiannya misal dengan menunda-nunda pekerjaan, maka dia berkemungkinan memiliki perilaku self-sabotage

Seseorang seringkali tidak menyadari perilaku sabotase diri tersebut hingga berdampak negatif terhadap kehidupan profesionalnya. Simak informasi di bawah ini untuk memahami self-sabotage atau sabotase diri lebih jauh.

Apa itu Self-Sabotage?

Self-sabotage merupakan perilaku seseorang, baik secara sadar maupun tidak, yang memperlambat atau mencegah diri sendiri untuk melakukan apa yang diperlukan dalam meraih tujuan. 

Sabotase diri merupakan suatu coping mechanism ketika seseorang menghadapi masalah. Namun, perilaku tersebut justru malah bisa menimbulkan masalah baru sehingga membatasi seseorang untuk berkembang.

Self-sabotage yang tidak ditangani secara baik dapat memberikan dampak buruk pada kesehatan fisik dan mental seseorang.

Baca Juga: Apa Perbedaan Perilaku Protektif dan Posesif? Berikut Penjelasannya!

Penyebab Self-Sabotage

  1. Keluarga yang Disfungsional

Keluarga yang disfungsional dapat menjadi pemicu perilaku sabotase. Salah satunya adalah pola asuh orang tua yang tidak memberikan pengayoman dan perhatian kepada anak.

Misalnya adalah anak jarang mendapatkan perhatian dari orang tua kecuali untuk memarahi anak. Hal itu mendorong pemikiran anak bahwa marah merupakan cara untuk mencapai sesuatu yang bahkan bisa terbawa hingga anak beranjak dewasa.

  1. Pernah Terjebak Hubungan Toxic

Pengalaman berada dalam hubungan toxic, baik itu dengan pasangan, teman, ataupun keluarga, dapat menimbulkan perilaku self-sabotage pada kemudian hari.

Seseorang dengan perilaku tersebut cenderung menahan perasaan yang dialami. Mereka memilih diam dan menghindar ketika terjadi konflik.

Hinaan yang didapat ketika terjebak dalam toxic relationship juga mengubah perilaku seseorang menjadi lebih sensitif.

Mereka berpotensi dalam merusak hubungan yang terjalin seperti melakukan perselingkuhan atau meng-ghosting.

  1. Merasa Insecure

Seseorang yang memiliki perasaan insecure kerap tidak sadar melakukan sabotase diri. Mereka merasa tidak pantas berada pada posisi tertentu dan bahkan mundur ketika sudah dekat dengan impiannya.

Pola asuh orang tua dapat mempengaruhi perasaan rendah diri seseorang. Apa yang dilihat dan didengar anak usia usia 0 – 6 tahun tidak hanya dapat diingat, tetapi juga membentuk kepribadian mereka.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Sofianti Herina

Sumber: Hasil Riset Tim SuratDokter

Tags

Artikel Terkait

Terkini

7 Nilai Utama yang Perlu Diajarkan Pada Anak Lelaki

Minggu, 30 November 2025 | 23:31 WIB

7 Nilai Utama yang Perlu Diajarkan pada Anak Perempuan

Minggu, 30 November 2025 | 23:30 WIB

Tips Menghadapi Anak Balita yang Sedang Tantrum

Minggu, 30 November 2025 | 22:51 WIB

Terpopuler

X