SURATDOKTER.com - Kehidupan rumah tangga seringkali tidak terlepas dari berbagai problematika bahkan, dalam suatu kondisi pertengkaran antara suami istri acapkali tidak dapat dihindari. Hal ini wajar terjadi, terutama kepada pasangan muda yang baru berumah tangga.
Namun, adegan pertengkaran antara suami istri ini seringkali tidak luput dari perhatian anak, dan mampu memberikan tekanan psikologis kepadanya. Bahkan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.
Baca Juga: Ciri Anak Menelan Benda Asing, Orang Tua Wajib Tahu
Efek Psikologis Kepada Anak
Dalam bukunya, Marital Conflict and Children: An Emotional Security Perspective, Psikolog Cummings dan Patrick Davies di Universitas Rochester mengidentifikasi pertengkaran yang dilakukan orang tua yang dapat merugikan anak-anak, seperti:
1. Agresi verbal, seperti menghina, menghina, dan mengancam akan ditinggalkan
2. Agresi fisik, seperti memukul dan mendorong
3. Saling diam, seperti menghindar, keluar, merajuk, atau menarik diri
Ketika orang tua berulang kali bertengkar satu sama lain, anak bisa menjadi putus asa, khawatir, cemas, dan putus asa, bahkan beberapa anak menanggapi dengan kemarahan, menjadi agresif dan mengembangkan masalah perilaku di rumah dan di sekolah.
Anak-anak dapat mengalami gangguan tidur dan masalah kesehatan seperti sakit kepala dan sakit perut, atau mereka akan sering sakit, stres yang mereka alami dapat mengganggu kemampuan mereka dalam fokus dan berkonsentrasi, sehingga menimbulkan masalah pembelajaran dan akademik di sekolah.
Kebanyakan anak yang dibesarkan di lingkungan dengan orangtua yang sering bertengkar mempunyai masalah dalam membentuk hubungan yang sehat dan seimbang dengan teman sebayanya.
Baca Juga: Efek Negatif Film Porno Terhadap Kesehatan Mental dan Fisik
Bahkan hubungan dengan saudara kandung pun bisa terkena dampak buruknya, mereka cenderung menjadi ekstrem, menjadi terlalu sensitif dan terlalu protektif terhadap satu sama lain, atau menjauh dan tidak ingin bersosialisasi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak berusia enam bulan merasakan kegelisahan dan tekanan yang dirasakan orang tuanya.
Penelitian yang mengamati anak-anak dalam jangka waktu yang lama menunjukkan bahwa anak-anak yang merasa tidak nyaman di sekolah karena konflik orang tuanya cenderung mengalami masalah penyesuaian diri di kelas.
Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa anak sampai berusia 19 tahun pun masih sensitif dan suara batin masih merasakan trauma terhadap konflik orang tua mereka di masa lalu.
Cara Mengatur Konflik
Biasanya, dorongan kemarahan kita yang pertama adalah keinginan memaksakan pendapat bahwa kita benar dan memenangkan argumen dengan cara apa pun, menemukan solusi damai bisa jadi sulit, bahkan mustahil, jika kedua belah pihak tetap berpegang teguh pada pendirian mereka, akan lebih mudah meredam permasalahan jika setiap orang mencoba mendengarkan satu sama lain dan bernegosiasi.
Artikel Terkait
Kapan Sebaiknya Pergi ke Psikolog: Tidak Perlu Malu untuk Mencari Bantuan
Mengenal Gangguan Kesehatan Mental dan Cara Pengobatannya
Mengenal Gejala Dini Kanker pada Anak dan Pengobatannya
Efek Negatif Film Porno Terhadap Kesehatan Mental dan Fisik
Kasus Diabetes Tipe 1 pada Anak di Indonesia Meningkat, Kenali Gejalanya